Teknologi Pengemasan
Terdapat tiga aspek dasar yang harus dipenuhi oleh pengemasan. Aspek pertama adalah aspek perlindungan bahan pangan, Aspek kedua adalah aspek penanganan, aspek pemasaran, pengemasan menampakkan identifikasi, informasi, daya tarik dan penampilan yang jelas sehingga dapat membantu promosi dan penjualan.
Aspek Perlindungan dan Penanganan Produk
Produk dalam kemasan dapat dilindungi dengan berbagai cara, antara lain dengan mengontrol keluar masuknya air (hidratasi), mengendalikan suhu, mengatur atmosfer pengemasan, mencegah migrasi komponen volatil, dan penyinaran UV.
Pengontrolan hidratasi dapat dilakukan dengan mekanisme berikut ini :
* Mencegah masuknya uap air terutama untuk produk yang kesetimbangan kelembaban nisbinya rendah yang tentu saja akan mempunyai nilai permeabilitas air yang rendah pula
* Mencegah keluarnya uap air dengan mengatur sirkulasi udara diluar kemasan
Ada beberapa makanan yang peka terhadap penyinaran UV seperti daging, saus tomat, wortel, susu dan minuman ringan. Terjadinya perubahan warna disebabkan karena pemudaran warna (pada daging dan saus tomat); ketengikan pada mentega (jika terdapat katalis Cu/tembaga); browning pada anggur dan jus buah; serta perubahan bau dan menurunnya vitamin A, D, E, K dan vitamin C.
Aspek Pemasaran Dari Pengemasan
Penampilan suatu kemasan haruslah dapat menarik perhatian (eye catching), hal ini mencakup warna, bentuk, merk, ilustrasi, tata letak yang berhubungan dengan faktor emosi dan psikologis. Misalnya saja tampilan visual kemasan minuman penambah energi haruslah dapat menimbulkan percaya diri dan desain kemasannya mempunyai sudut-sudut tajam dan huruf kekar.
Bahan Pengemas Film
Industri plastik bermula pada tahun 1920 dengan ditemukannya reaksi antara phenol dengan formaldehide yang merupakan reaksi dasar polimerisasi plastik. Plastik mempunyai dua bentuk yaitu kemas bentuk (fleksibel) dan kemas kaku (botol, jerigen, kotak). Sesudah perang dunia II ditemukanlah polietilen, polipropilen, dan lain-lain. Plastik terdiri dari senyawa polimer tinggi serta polimerisasi dari jenis-jenis monomer (etilen, stiren, butadien, dsb).
Politen/Polietilen (PE)
Politen/Polietilen merupakan hasil polimerasi adisi gas etilen yang merupakan hasil samping industri minyak. Berdasarkan densitas dikenal tiga jenis PE , Low Density Polyethylene (LDPE) yang mudah dikelim dan murah, Medium Density Polyethylene (MDPE) yang lebih kaku dari LDPE dan lebih tahan suhu tinggi, serta High Density Polyethylene (HDPE) yang paling kaku dan tahan suhu tinggi (suhu 120°C).
Poliester/Polietilen Tereptalat (PET)
Biasa digunakan untuk kemasan buah kering, makanan beku dan permen. Sifat umumnya antara lain transparan, bersih, jernih; adaptasi suhu tinggi (suhu 300°C) sangat baik; permeabilitas uap air dan gas sangat rendah; tahan pelarut organik; serta tidak tahan asam kuat, phenol, benzil alkohol.
Polipropilen (PP)
Karakteristik utama bahan ini antara lain ringan, mudah dibentuk, transparan, jernih. Dari segi sifat fisik bahan ini memiliki kekuatan tarik lebih besar dari PE, tetapi sangat rapuh dan mudah pecah pada suhu rendah, sehingga tidak cocok untuk makanan beku.
Polistiren (PS)
Sifat utamanya bahan ini adalah kekuatan tarik yang tinggi dan tidak mudah sobek. Polistiren memiliki titik lebur yang rendah (80°C), tetapi tahan asam, basa dan permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi. Bahan ini relatif mudah dicetak, licin, jernih, mengkilap, tetapi menjadi keruh jika kontak dengan pelarut organik.
Polivinil Khlorida (PVC)
Terdapat tiga jenis PVC yaitu plasticized vinyl chloride, vinyl co polimer, dan oriented film. Sifat umumnya adalah tembus pandang, permeabilitas gas dan uap air rendah, tahan terhadap minyak, alkohol dan petroleum. Bahan ini memiliki kekuatan tarik tinggi, tidak mudah sobek. Secara kimiawi PVC dapat dipengaruhi oleh hidrokarbon aromatik, keton, aldehid, dan ester.
Saran/Poliviniliden Khlorida (PVDC)
Sifat umum saran/PVDC antara lain adalah transparan, luwes, dan jernih. Bahan ini tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, minyak dan merupakan bahan sekat lintasan yang baik untuk sinar UV.
Selopan
Sifat umum selopan adalah transparan, terang; tidak termoplastik, tidak bisa direkat dengan panas; tidak larut air, minyak, tidak melalukan O2; mudah retak pada RH dan suhu rendah; mudah dilaminasi; mudah dirobek; dan mengkerut pada suhu dingin. Ada beberapa kode atau jenis selopan, yaitu A/B (Anchored); C (Colored); D (du Pont); L (kedap air sedang); M (kedap uap air); O (dilapisi sebelah); P (tidak dilapisi); R (dilapisis dengan vinil); S (direkat dengan panas); T (tembus pandang); V, X/K (dilapisi dengan polimer saran); WO (White Opaque).
Film Plastik
Contoh dari plastik film adalah amilosa pada bungkus permen dan sosis; selulosa asetat butirat, selulosa asetat propionat; selulosa nitrat dan selulosa triasetat; klorotrifluoroetilin (peralatan bedah); etilen buten (mirip HDPE); fluoro karbon (teflon, tahan bahan kimia); ionomer (kemasan vakum); polivinil alk (untuk produk kering); polietilen oksida (kemasan tepung); polialomer (karakter antara HDPE dan PP); dan H-film (toleransi terhadap suhu cukup besar, sekitar 269 – 400°C, tahan terhadap radiasi sinar X).
Kemasan Film untuk Pangan
Produk Susu
Kemasan yang terbaik adalah LDPE dan HDPE. LDPE digunakan dengan cara membentuknya mengisi dan di-seal, sedangkan HDPE digunakan untuk ukuran besar. Untuk produk keju lebih baik digunakan nilon/PE, selulosa/PE, PET/PE, selo/saran/PE, PET/saran/PE, nilon/PE.
Daging dan Ikan
Daging segar lebih baik dikemas dengan PVC/selopan, sehingga terlihat cerah, sedangkan untuk daging beku digunakan LDPE. Kemasan etilen vinil asetat/PE digunakan untuk produk unggas. Untuk produk daging masak, bacon, awetan digunakan kemasan PE/PVDC/PA, PE/PET dimetalisasi, PE/alumunium foil/PET, PET/saran/Pe atau saran/nilon/PE (terutama untuk daging awetan). Untuk ikan beku banyak digunakan HDPE dan LDPE.
Produk Roti
Untuk produk cake atau bolu banyak digunakan selulosa berlapis/OPP dengan tujuan utama mencegah apek. Pengemasan biskuit banyak menggunakan selulosa berlapis/ PP.
Makanan Kering dan Serelia
Untuk makanan kering dan serelia digunakan LDPE dilapis kertas, LDPE/alumunium foil/LDPE/kertas, PET/PE, dan atau kertas/alumunium foil/PE.
Buah dan Sayur Segar
Untuk buah dan sayur segar digunakan polistiren busa, LDPE, EVA, ionomer/PVC. Selain itu bisa juga digunakan film stretch dan PE untuk mengendalikan atmosfer.
Kopi
Untuk kopi digunakan kemasan foil atau poliester yang dimetalisasi dan PE, PET/saran/PE, nilon/saran/PE, OPP/saran/PE, dan OPP/alumunium foil/PE. Untuk kopi instan bisa digunakan kemasan PVDC melapis PVC.
Teh
Untuk teh digunakan kemasan selopan/PE, Pet/PE, kertas/alumunium foil/PE, OPP/ PVDC/PE, sedangkan LDPE/PVC/LDPE digunakan untuk mencegah ketengikan, kehilangan aroma dan CO2.
Edible Packaging
Edible packaging pertama kali dikenal di Cina pada abad 12 dan 13, dimana jeruk dan oranges dicelup lilin lebah cair untuk mengatur laju respirasi sehingga proses pematangan bisa dikontrol. Aplikasi edible film antara lain pada daging beku, ayam beku, hasil laut, confectionary, dan makanan semi basah. Edible film ditambah dengan pengawet bisa menjadi antimikroba (misal benzoat, propionat); pengawet (sorbat); fungisida (benomyl, captan); antioksidan (askorbat, BHA, BHT); dan sequestran (sitrat). Penyusun utama edible packaging adalah hidrokoloid, lipida, dan komposit.
Bahan Pengemas Logam
Tin Plate dan TFS
Jenis kaleng dibedakan berdasarkan komponen pelapisan, cara pelapisan, dan komponen baja utama, sehingga ada yang disebut kaleng pelat timah, kaleng TFS, kaleng 3 lapis dan kaleng lapis ganda. Kandungan Sn harus 1-1.25% dari berat kaleng. Cara pelapisan bisa dengan celup atau elektrolisa. Tipe kaleng yang dikenal antara lain N jika ditambah 0.02% nitrogen untuk meningkatkan daya kaku dan cocok untuk produk berkarbonat; D jika ditambah lapisan alumunium dan 2 CR yang merupakan kependekan dari cold reduce sehingga lebih ringan dan sangat cocok untuk bir dan sari buah.
Lapisan enamel
Lapisan enamel merupakan lapisan non logam pada kaleng, melapisi metal (mencegah korosi), melindungi kontak langsung dengan produk. Enamel dalam berfungsi untuk mencegah korosi, sedangkan enamel luar berfungsi untuk mencegah korosi dan untuk dekorasi.
Alumunium dan Alufo
Penggunaan alumunium secara komersial sangat tergantung dari campuran yang dikandungnya untuk memperbaiki sifat-sifatnya dan meningkatkan daya tahan korosi. Bahan campuran (alloy) yang sering dipakai antara lain tembaga 0.15%, magnesium, mangan, khromium 0.1-0.3%, besi, seng dan titanium. Manfaat lain alumunium adalah untuk tutup kaleng (tutup datar, penutup tipe mahkota, tutup sistem pembuka tarik, tutup sistem pembuka cincin) dan tube logam lunak (collapsible tube).
Retort Pouch
Kemasan ini tahan suhu sterilisasi, mempunyai daya simpan tinggi, kuat, tidak mudah sobek/tertusuk dan teknik penutupannya relatif mudah. Contoh bahan komposit yang banyak dibuat retort pouch adalah PP-Alufo-PET. Penggunaan kemasan jenis ini antara lain untuk produk buah-buahan, produk sayuran, produk daging, produk ikan, kerang, produk susu dan minuman.
Kemasan Aerosol
Kemasan ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu produk cair, propelan pendorong cairan dan gas. Jenis kemasan aerosol ditentukan berdasarkan komposisi bahan (produk, propelan dan gas) dan mekanisme pengeluaran produk.
Tube Logam Lunak (Collapsible Tube)
Kemasan jenis ini dikenal pertama kali pada tahun 1841 yang dibuat dari tube logam timah putih untuk mengemas cat minyak. Mulai tahun 1895 digunakan untuk kemasan pasta gigi (dominan).
Drum dan Wadah Logam Lain
Drum baja/campuran logam kadang-kadang digunakan untuk mengemas minyak goreng, minyak tanah, bensin dan bahan kimia. Kadang terdapat drum dari karton, plastik dan campuran bahan-bahan kemasan, isinya kira-kira 250 L. Beberapa wadah logam lain antara lain :
* Jemblung: kaleng besar dengan seng untuk kerupuk, produk kering
* Kaleng/blek: bentuk kubus, bahan plat timah dengan atau tanpa enamel, untuk minyak goreng dan minyak atsiri
* Silinder kecil: dari plat timah
* Ember: dari plat timah, seng
* Kemas logam kertas majemuk (komposit)
Bahan Pengemas Kayu
* Kayu telah umum digunakan untuk perumahan, perlengkapan rumah/kantor, kemasan dan bahan bakar. Masalah yang mungkin ada antara lain adalah ecolabelling, perlakuan khusus untuk mencegah penyebaran penyakit kayu atau serangga dan teknologi dasar untuk efisiensi penggunaan dan aplikasi.
Bahan Pengemas Kertas, Karton Dan Kardus
Bahan Kertas
Kertas dibuat dari pulp kayu baik pulp kayu lunak mempunyai panjang serat 0.25 in, maupun pulp kayu keras (panjang serat < 0.10 in). Saat ini dikenal berbagai jenis kertas yang digunakan sebagai bahan pengemas. Jenis kertas yang banyak dipakai untuk mengemas adalah sebagai berikut :
* Kertas kraft yang terbuat dari kayu lunak dengan proses sulfat dan relatif kuat.
* Kertas krep yang dibuat dengan jalan melewatkan kertas pelan-pelan ke press rolls saat menjelang akhir pembuatannya sehingga kertas menjadi kerisut.
* kertas glasin dan kertas tahan minyak yang permukaannya licin; tahan lemak dan minyak, tidak tahan air karena dilapisis lilin; serta dapat ditambahkan bahan lain seperti plastisizer (untuk produk lengket), antioksidan, dan penghambat pertumbuhan kapang; dan kertas glasin dapat untuk minyak.
* Kertas lilin yang dibuat dengan menambahkan lilin pada saat proses pembuatan kertas atau lilin ditambahkan pada saat akhir (finished sheet) berupa lilin basah atau lilin kering. Bahan dasar yaitu parafin yang dicampur dengan salah satu dari PE, microcrystalline wax atau petrolatum. Kertas lilin kering yaitu kertas dilapisi lilin dan dilewatkan heat roller. Kertas lilin basah yaitu lilin mengeras di permukaan kertas. Lilin dapat dilapiskan pada 1-2 permukaan; biaya produksi rendah; tahan minyak; dan dapat dikelim panas.
* Daluang yang terdiri dari linerboard (dari kayu lunak/pinus) dan karton bergelombang (dari kayu keras dengan proses sulfat); sering disebut CFB (corrugated fiber board); banyak digunakan di industri sebagai kemas primer, sekunder maupun tertier.
* Chipboard yang berbahan kertas koran, kertas bekas yang dimasak; dapat dibuat kertas tipis/ringan atau kertas tebal/karton lipat.
* Soluble paper yaitu kertas yang larut dalam air; nama dagang Dissolvo (oleh Gilbreth co., USA) misalnya Dissolvo A yang larut dalam larutan basa 2-5% dan tidak larut dalam air yang tidak mengandung alkali; dan dilarang untuk membungkus makanan oleh FDA,.
* Kertas plastik yang merupakan modifikasi plastik yang dibuat mirip dengan kertas. Kertas tertentu yang dilapisi oleh polistiren adalah Q-kote (lapisan polistiren dua sisi) dan Q-per (tidak dilapisi, tetapi permukaan kertas diolesi oleh larutan yang mengandung stiren); penemu: Japan Synthetic Paper co. Sifatnya tahan minyak; tahan air/lembab; tidak ditumbuhi kapang; dan sering disebut kertas sintetik.
Karton Lipat
Karton lipat merupakan kemasan yang populer karena pemakaian luas, bahan ekonomis, butuh ruangan sedikit untuk penyimpanan, dapat dibuat berbagai bentuk dan ukuran, dapat dicetak, ukuran kecil, tebal karton 0.014-0.032 in dan relatif kuat. Salah satu atau kedua sisi karton dapat diputihkan dengan cara solid bleched sulfate board dan sulfite board. Macam produk yang dikemas menentukan jenis bahan dan model. Dalam perdagangan dikenal sebagai FC (Folding Carton).
Kertas Komposit
Kertas komposit merupakan kertas/karton yang diolah bersama bahan kemasan lain (plastik, logam, plastik dan logam). Manfaat yang didapat dari proses komposit adalah daya rapuh yang rendah, daya kaku yang rendah, tetapi kekuatan bahan yang tinggi.
Tube Karton/Drum Karton
Tube karton/drum karton terdapat dalam berbagai ukuran. Kemasan ini dapat dilapisi plastik atau bahan lain sehingga bobotnya ringan, mudah dibuka dan ditutup kembali.
Kantong/Tas Kertas
Kantong/Tas Kertas umumnya terbuat dari kertas kraft yang tidak dipucatkan. Idealnya kadar air kertas 6-8%. Ukuran kantong tergantung berat bahan yang dikemas (p:l=2:1 atau p:l=1.5:1). Untuk komoditi 10-40 kg idealnya ekonomis dan mudah dibawa. Kertas kraft: paling murah dan cukup kuat. Bagian luar kantong dapat dilapisi dengan kertas kraft yang dipucatkan atau kertas kraft semi dipucatkan.
Berbagai Karung
Karung goni terbuat dari yute/rami. Karung ini sifat fleksibel, kuat, murah dan relatif dapat melindungi produk dari lembab. Lubang di bahan kemasan agak besar sehingga terdapat bahaya serangga dan penetrasi fumigan mudah. Karung ini terbuat dari HDPE; mudah pecah; mudah meluncur dalam tumpukan; jika ditusuk sulit menutup kembali.
Bahan Pengemas Gelas
Gelas tergolong sebagai bahan kemas yang tua dilihat dari segi pemakaian oleh manusia. Gelas diperkirakan telah digunakan di mesir pada tahun 6000 SM. Penggunaan sebagai wadah dimulai pada tahun 1870, penggunaan sebagai wadah susu segar pada tahun 1884. Produksi botol gelas dimulai 1892 dalam skala besar, tahun 1896: pabrik semi automatik, tahun 1907: pabrik full otomatik, mencapai 20% pangsa total kemasan. Wadah plastik besar, misalnya botol gamma; wadah fleksibel tinggi, misalnya retort pouch; teknologi kemasan tinggi, misalnya aseptic packaging.
Keunggulan dan kelemahan yang dimiliki gelas adalah sebagai berikut :
* Inert (tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas, tahan asam dan basa, dan tahan lingkungan)
* Bobot besar sehingga biaya distribusi dan transportasi tinggi
Botol Gamma
Pada botol gamma beberapa parameter seperti besar kecilnya leher (leher bermulut sempit/besar); keluwesan (semi rigid/rigid); transparansi dapat diatur dengan mudah. Uji transmisi O2 selama 12 bulan menunjukkan bahwa botol gelas tidak kemasukan oksigen sama sekali, botol plastik mengandung oksigen 12 ml, sedangkan botol gamma hanya mengandung 1 ml oksigen. Jenis tutup botol gamma antara lain yang bisa disendok; bisa dituang; dan bisa dipijit.
Umur Simpan Dan Pelabelan
Beberapa faktor yang menentukan terjadinya perkembangan dalam bidang pengemasan adalah konsumen, teknologi pembuat kemasan, biaya, teknologi pangan, mode, teknologi alat masak, teknologi informasi dan teknologi transformasi.
Kadaluarsa Bahan Pangan
Terminologi generik untuk kadaluarsa ini adalah HQL (high quality life) yaitu waktu dimana produk dalam kondisi maksimum lalu disingkat menjadi “best before”.
Definisi dan Kriteria Kadaluarsa
Menurut IFT-Institue of Food Technology, Shelf Life (umur simpan) adalah selang waktu antara saat produksi hingga saat konsumsi dimana produk berada dalam kondisi yang memuaskan pada sifat-sifat penampakan, rasa, aroma, tekstur dan nilai gizi. Sedang menurut National Food Processing Association, suatu produk dikatakan berada pada kisaran umur simpannya bilamana kualitas produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti yang diinginkan oleh konsumen dan selama bahan pengemas masih memiliki integritas serta memproteksi isi kemasan. Menurut Floros (1993), Shelf Life adalah lamanya waktu suatu produk pangan yang dikemas dapat disimpan mulai dari awal produksi hingga suatu kerusakan dapat dideteksi. Dari segi penandaan beberapa kode Open dating yang umum dilakukan antara lain berupa Sell by date; Best before; Best of used by; dan Expire date. Sedangkan kode Close dating adalah date of manufacturing; Kode produksi; Nomor lot; Nomor batch.Surat keputusan Dirjen POM no. 02240/B/SK/VII/91, tanggal 2 Juli 1991, menyebutkan bahwa tanggal kadalursa harus dicantumkan pada makanan tertentu seperti susu pasteurisasi, susu bubuk, makanan bayi dan makanan kalengan yang steril komersial. Pada UU pangan no. 7 tahun 1996 Pasal 21 (e): pangan tercemar menyebutkan bahwa setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang sudah kadaluarsa.
Label dan Pelabelan
Label dan pelabelan berkaitan dengan tiga fungsi pengemasan, yaitu fungsi identifikasi, fungsi membantu penjualan produk dan fungsi pemenuhan peraturan perundang-undangan. Fungsi label sebagai fungsi identifikasi, mengandung pengertian bahwa kemasan harus berbicara kepada konsumen; memberikan informasi tentang bahan yang dikemas, cara menggunakan produk (how to use), cara menangan produk, tanggal kadaluarsa, komposisi produk, ukuran, volume, bobot, siapa produsennya, lokasi produksi, customer service, cara penanganan kemasan bekas, dan identifikasi persyaratan lingkungan.
Penyimpanan
Jenis kehilangan selama penyimpanan ada enam, yaitu kehilangan bobot; kehilangan nilai pangan; kehilangan mutu; kehilangan nilai uang; kehilangan benih; dan kehilangan kepercayaan. Kehilangan bobot dapat berupa kehilangan kadar air; dimakan burung, serangga, tikus; dan tercecer. Kehilangan karena serangga dapat mencapai 20% (selama 24 bulan penyimpanan). Kehilangan nilai pangan, terutama adalah kehilangan nilai gizi pangan, contohnya kehilangan thiamin sebesar 10 - 15% dan kehilangan protein sebesar 12%. Kehilangan mutu dapat disebabkan karena penampakan, bau, flavor, dan cemaran. Kehilangan nilai uang adalah kehilangan sebagai akibat dari kehilangan bobot dan kehilangan mutu. Kehilangan benih disebabkan karena benih rusak atau hilang, sehingga kelangsungan siklus penanaman akan terganggu. Dan kehilangan kepercayaan adalah kehilangan yang sangat penting dalam perdagangan lokal, antar pulau dan antar negara, khususnya dalam menghadapi perdagangan global AFTA.
Teknik Penyimpanan Pangan Serelia
Terdapat enam karakteristik penting yang harus diperhatikan dalam teknik penyimpanan, yaitu :
1. Kapasitas dan kekuatan. Semakin banyak jumlah yang disimpan, maka makin besar pula tekanan yang ditimbulkan. Oleh karena itu pintu harus kuat menahan tekanan dan angin.
2. Kekedapan terhadap iklim. Jika suhu tinggi akan mengakibatkan terjadinya migrasi air, maka struktur tempat penyimpanan harus kuat. Untuk negara tropis seperti Indonesia lebih cocok digunakan silo dari kayu.
3. Perlindungan terhadap tikus. Tempat penyimpanan harus tahan dengan serangan tikus, misalnya dengan silo dari beton agar tidak dapat digigit tikus.
4. Efisiensi insulasi. Efisiensi insuli dapat dicapai melalui penggunaan silo yang konduktivitas panasnya rendah seperti yang terbuat dari kayu dan beton.
5. Pengaturan pengisian dan pengeluaran. Untuk bentuk penyimpanan sistem curah lebih baik digunakan pengaturan sistem FIFO (First In First Out), sedangkan untuk sistem karung disarankan untuk membuat tempat penyimpanan dengan 2 pintu untuk masuk dan keluar.
6. Nilai ekonomi. Untuk petani pembuatan tempat penyimpanan menggunakan bahan yang murah, pengangkutan yang murah dan biaya konstruksi semurah mungkin.
Teknik Penyimpanan Pangan Non Serelia
Konsep dasar dari sistem penyimpanan ini adalah penyimpanan kedap udara dengan menurunkan kadar O2 dan menaikkan kadar CO2. CAS/MAS merupakan sistem penyimpanan dengan memanipulasi komposisi atmosfer dalam sistem penyimpanan untuk menghambat serangan hama dan mempertahankan mutu bahan. Serangga yang sudah pada stadia tersembunyi (hidden infestation) lebih sensitif dibandingkan dengan serangga eksternal. Contohnya adalah Sitophilus zeamais dengan kadar 60% CO2 dan Tribolium castaneum dengan kadar CO2 lebih dari 60% mortalitasnya menjadi 100%, namun apabila kadar CO2-nya menjadi lebih kecil dari 60% maka mortalitas akan turun.