Hampir semua orang mengenal roti, bahkan bagi keluarga tertentu roti sudah menjadi menu tetap untuk sarapan pagi. Selaian rasanya yang lezat dan mudah di dapat, roti juga mengandung karbohidrat cukup tinggi sehingga bisa menjadi alternatif lain sumber kalori.
Sejarah Roti
Kita pasti tidak menyangka, makanan yang terbuat dari tepung terigu, yeast, bahan cair, lemak, gula dan garam, sudah ada semenjak ribuan tahun lalu. Cikal bakal roti berasal dari bangsa Mesir Kuno, tentu saja mereka mengolah dengan bahan dan cara yang masih sederhana, sehingga bentuk dan rasanya juga belum sesempurna sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, bentuk dan citarasa roti semakin beragam. Pada abad pertengahan, evolusi roti telah mencapai puncaknya, terutama di Benua Eropa. Pada saat itu cita rasa roti sudah sama seperti yang kita temukan saat ini, begitu juga dengan bentuk dan variasinya.
Makanan empuk bercitarasa lembut ini memang mudah diterima siapa saja. Tetapi pernahkah anda terpikirkan untuk mencoba membuatnya?. Tidak ada salahnya, disaat ada waktu senggang Anda berkreasi untuk membuatnya. Tentu ada kepuasan tersendiri dan sangat menyenangkan jika Anda menyuguhkan roti fresh from the oven hasil karya sendiri buat keluarga tercinta. Sebenarnya roti sangat mudah dibuat asalkan memperhatikan mutu bahan, ketepatan timbangan, teknik pengolahan dan suhu pengovenan. Pada kesempatan ini, tim boga kartini mengupas tuntas seluk beluk pembuatan roti, mulai dari bahan dasar sampai metode pembuatan.
Bahan Dasar Roti
Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan roti. Perhatikan di dalam memilih jenis terigu. Jenis yang paling tepat adalah tepung terigu jenis hard wheat dengan kandungan gluten di atas 12,5 %. Kandungan glutennya yang tinggi akan membentuk jaringan elastis selama proses pengadukan. Pada tahap fermentasi gas yang terbentuk oleh yeast akan tertahan oleh jaringan gluten, hasilnya adonan roti akan mengembang besar dan empuk teksturnya. Jangan Anda bersepekulasi dengan menambahkan jenis tepung-tepungan yang lain, kalau tidak roti akan padat, berat, bervolume kecil dan teksturnya kasar.
Air atau cairan (susu segar, bir, sari buah-buahan dll) dalam pembuatan roti mempunyai banyak fungsi. Dengan tercampurnya tepung dengan air akan memungkinkan terbentuknya gluten. Selain itu air juga berfungsi mengontrol kepadatan adonan dan membantu penyebaran bahan-bahan lain agar dapat tercampur rata. Untuk adonan roti, gunakan air dengan pH normal (air minum) sehingga mendapatkan roti yang maksimal.
Roti tidak akan mengembang tanpa menambahkan yeast atau ragi ke dalam adonan. Jenis yeast yang digunakan adalah golongan khamir jenis Saccaromyces Cerevisiae. Mikroorganisme ber sel satu inilah yang berkerja selama proses fermentasi, selama proses fermentasi yeast merubah karbohidrat dan gula menjadi gas karbondioksida (CO2) dan alkohol. Zat inilah yang menjadikan adonan mengembang, terbentuk serat-serat pada adonan dan aroma harum khas roti.
Lemak juga bahan yang sering di tambahkan pada pembuatan roti. Margarin dan butter adalah pilihanya. Di dalam adonan lemak dapat menahan gas CO2 keluar dari adonan sehingga akan diperoleh volume roti lebih besar. Untuk mendapatkan citarasa yang lezat disarankan menggunakan butter, sedangkan margarin menjadikan roti beraroma lebih ringan.
Gula, garam dan bread improver. Ketiga bahan ini tidak mutlak diperlukan, namun demikian jika ditambahkan sesuai dengan kebutuhan akan menjadikan kualitas roti lebih baik. Penambahan gula secara tepat akan membuat kerak roti lebih bagus, memberikan citarasa manis dan proses fermentasi berjalan lebih cepat karena gula adalah sumber makanan bagi yeast. Garam berperan sebaliknya, penggunaan garam yang berlebihan akan menghambat kerja ragi sehingga proses fermentasi berjalan lambat. Namun demikian garam dapat meningkatkan citarasa gurih dan membuat jaringan gluten lebih kuat. Jika anda menginginkan roti bertekstur lebih empuk, tambahkan bread improver. Bahan ini akan membantu memperbaiki tekstur roti menjadi lebih lembut dan empuk.
Proses Pembuatan Roti
Adonan roti dapat dibuat dengan tiga metode. Pertama metode sponge and dough, metode ini dibuat dengan dua tahap, pertama dengan membuat adonan biang, dari adonan biang kemudian ditambahkan bahan-bahan lain, diaduk sampai kalis baru difermentasikan. Kedua metode straight dough. Metode ini paling tepat karena semua bahan di campur menjadi satu, di aduk sampai kalis dan di fermentasikan. Terakhir adalah metode no time dough, proses pembuatanya sama seperti metode straight dough namun proses fermentasinya dipersingkat bahkan terkadang tidak difermentasikan. Kekurangan metode ini, volume roti tidak akan maksimal, aroma khas roti tidak terbentuk dan memerlukan bread improver lebih banyak sebagai bahan pengembangnya. Penggunaan suhu oven dalam pembuatan roti juga harus tepat. Suhu yang paling sesuai adalah kisaran 180 – 200 derajat C dengan waktu pemanggangan 20 – 25 menit
Jika Anda rajin mencoba dan mengikuti petunjuk resep dengan baik, kami yakin Anda akan berhasil dalam membuat roti. Seluruh keluarga pasti akan menyambut gembira menikmati lezatnya roti bikinan mama. Selamat Berkreasi !. (Budi Sutomo)