Langsung ke konten utama

Prinsip Dasar Program Cleaning & Sanitasi



Oleh Daniel A Budiman dan A. Sukianto Atnaja 

Program Cleaning dan Sanitasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan apalagi diabaikan dalam industri pangan. Kebersihan suatu tempat dan peralatan-peralatan pendukung lainnya dalam suatu aktivitas kegiatan yang mutlak harus diperhatikan. Program kebersihan (cleaning) tidak boleh berhenti pada tahap kebersihan secara visual saja, tetapi harus berlanjut ke tahap membunuh bakteri yang masih tertinggal pada bagian tertentu suatu tempat atau peralatan. Program lanjutan ini bisa kita sebut sebagai Sanitasi (sanitation). Program pembersihan dan sanitasi akan dapat dilaksanakan secara baik dan cepat serta dengan hasil yang sesuai harapan jika bidang/ruang (scope)-nya relatif kecil atau sederhana. Dinamika permasalahan akan timbul jika bidang/ruang (scope)-nya luas serta bervariasi. 

Pemilihan suatu metode pembersihan dan Sanitasi hendaklah mencermati hal- hal berikut: Bersifat apakah kotoran itu , organik atau anorganik. Permukaan benda yang terkontaminasi kotoran tersebut. Luas atau banyaknya kotoran yang membebani. Frekuensi terjadinya kotoran itu. Lingkungan yang dekat dengan kotoran yang hendak dibersihkan. 

Pada gilirannya kita akan menentukan metode dan atau sanitasi serta bahan pembersih seperti dibawah ini : Cara manual/conventional. Cara CIP (Cleaning In Place). Paduan antara cara manual dan CIP. Pemilihan chemical yang tepat. Pada cara Manual ini masih dapat dibagi seperti: Scrubbing/wiping, soaking dan fogging atau kombinasi antaranya. 

Penulis di sini ingin menggambarkan berdasarkan pengalaman empiris mengenai bahan pembersih (fine blend chemical) yang berbasis air (water base). Karena ada keterbatasan penggunaan water base ini -seperti pada pabrik coklat-, jadi pada pabrik coklat ini harus ada treatment khusus terutama pada ruangan produksi . 

Jika kita bicara mengenai cleaning secara manual, maka langkah yang akan kita lalui adalah : Bilas (rinse) Cuci (main clean) Bilas akhir (final rinse) Sanitasi (additional sanitation) Pada tingkat pembersihan dan sanitasi secara manual ini, kita tidak dihadapkan pada kesulitan yang berarti atau kesulitan itu menjadi relatif mudah asalkan pemilihan akan suatu bahan pembersihnya benar dan umumnya industri sudah paham dengan cara ini yakni aktivitas penggosokan/pengelapan dengan sikat dan kain. 

Kesulitan yang cukup berarti akan dijumpai jika sudah masuk ke dalam program pembersihan CIP (Cleaning In Place). Pada program ini mutlak diperlukan ketepatan akan pemilihan bahan pembersih dan sanitasi, karena proses pembersihan dilakukan dengan mekanisme yang sistemetik dan tanpa disentuh oleh tangan manusia. Selain itu ada pula unsur time, temperature, chemical concentration dan mechanical action yang akan bekerja secara otomatis. Dan tidak jarang kita menjumpai tidak hanya satu jenis bahan pembersih saja yang dipakai untuk membersihkan permukaan suatu bidang. 

Ada beberapa tipe dalam program CIP, antara lain: 3 langkah (step) 5 langkah (step) 7 langkah (step) CIP dengan 3 Step terdiri dari Bilas (rinse) Cuci (cleaning) , dengan alkali atau acid Bilas akhir (final rinse ) 
Jika memakai CIP dengan 5 Step terdiri dari : Bilas (first rinse) Cuci (cleaning ) dengan alkali atau acid Bilas (intermediate rinse) Sanitasi (sanitize) Bilas (final rinse)

Sedangkan apabila menerapkan CIP dengan 7 langkah, maka akan dilakukan: Bilas (first rinse) Cuci (cleaning ) dengan alkali Bilas (intermediate rinse) Cuci (cleaning ) dengan acid Bilas (pre final rinse) Sanitasi (sanitize) Bilas (final rinse) 

Jika kita amati dari aktifitas pembersihan dan sanitasi, baik yang memakai cara manual maupun CIP (Cleaning In Place) atau boleh juga disebut sebagai CCC (Closed Circuit Cleaning), maka sentuhan akhir pada kegiatan ini adalah sanitasi sebelum final rinse. Pos Sanitasi akan menjadi sangat penting artinya dan juga menjadi parameter yang signifikan bagi kesempurnaan/kelengkapan suatu proses pembersihan dan sanitasi yang menjadi harapan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 

Pemilihan suatu bahan sanitasi saat ini hendaklah dipertimbangkan dengan baik, bijak dan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : Biodegradable Halal Tidak mengikut sertakan bahan yang tidak diperkenankan seperti formalin/formaldehyde Adalah suatu keputusan yang tepat dan bijak jika kita beralih untuk memilih bahan sanitasi yang dikombinasi dengan chitosan. 

CHITOSAN atau chitin seperti kita umumnya telah mengetahui adalah bahan yang terbuat dari extract kulit kepiting dan udang (baca Artikel Chitosan New Biotechnology Sanitizer– FOODREVIEW INDONESIA edisi Agustus 2009, hal.34 ). Chitosan sudah mulai cukup populer dikonsumsi manusia seperti diikut sertakan pada Food Supplement, Chemistry, WWTP (Waste Water Treatment Plant), dan sebagainya. Chitosan mempunyai 2 gugus sekalian yakni disamping Gugus NH2 juga mengandung Gugus COO-. Gugus NH2 mempunyai fungsi untuk menghambat atau mencegah yeast dan mold, sedangkan Gugus COO- memperkaya fungsi tambahan yakni untuk mencegah dan membunuh bakteri Gram + (Positif) dan Gram – (Negatif). 

Secara umum 2 Gugus yang dimiliki didalam kandungan chitosan saling berkolaborasi dan melengkapi dengan baik. Jika pada musim hujan dengan tingkat kelembaban suhu tertentu maka yang paling mungkin muncul secara signifikan adalah yeast dan mold, sedangkan pada peralihan musim penghujan ke musim kemarau biasanya pola dominasi mikrobiologi digantikan oleh Gram positif dan Gram Negatif seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella typhii. 

Ada 2 jenis Produk unggulan PT KEVIN CHEMINDO ANUGERAH yang memadukan/ kombinasi dengan Chitosan,yakni: MT CHITOQUART 207 MT CHITOACTIVE 107 MT CHITOQUART 207 adalah liquid dengan kandungan common QAC ( Quaternary Ammonium Compound/ CnH2n+1 = (NH2)Cl) dan dikombinasikan dengan chitosan yang baik serta efektif untuk menjawab kepentingan sanitasi ruangan secara manual. (Pada produk ini kami lebih mengedepankan gugus NH2 nya untuk pencegahan mold dan yeast dan cukup berbusa ). MT CHITOACTIVE 107 adalah liquid dengan kandungan PAA (Per-Oxy Acetic Acid / CH3COOH) dikombinasikan dengan chitosan yang efektif jika diaplikasikan bagi kepentingan program CIP (Cleaning In Place). Pada produk ini kami lebih mengedepankan gugus COO- nya untuk melawan atau membunuh Gram positif dan Gram negatif serta tidak berbusa. 

Sumber : Food Review

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bread Improver dan Para Pemainnya

Sebelum tahun 1950, proses pembuatan adonan yang amat populer adalah menggunakan metode sourdough dan sponge and dough yang membutuhkan waktu 12-24 jam dalam proses fermentasi. Proses pembuatan roti di jaman moderen menuntut kecepatan karena waktu semakin berharga dan cakupan wilayah distribusi semakin luas, yang berarti kapasitas produksi semakin besar. Maka proses fermentasi semakin pendek bahkan ada istilah no time dough untuk menjelaskan singkatnya waktu fermentasi. Untuk itu diperlukan bahan yang membantu kinerja pengembangan roti agar maksimal dalam waktu fermentasi yang maksimal yang dikenal dengan nama bread improver. Ada dua alasan utama dalam mengaplikasikan bread improver dalam adonan yang menggunakan yeast, yaitu untuk mendukung kerja yeast dalam memproduksi gas (CO²) dalam masa fermentasi dan menjaga kestabilan kandungan gas di dalam adonan yang berperan juga dalam menentukan cita rasa, kestabilan volume dan shelf life adonan setelah dipanggang. Dalam Bread Improver ...

Resep Liang Teh & Cara Masaknya

  Bahan bahan liang teh bisa didapatkan di toko obat china yang menjual jamu2 tradisional, jika dijakarta bisa ditemukan didaerah glodok. Biasanya bahan bahan tersebut sudah dalam 1 paket.    Berikut bahan-bahannya untuk membuat Liang Teh : 1. Mesona Palustris (Cincau Hitam/Grass Jelly Drink) / sienchau (xiancao) Ekstrak daun cincau hitam memiliki kandungan senyawa antioksidan yang cukup tinggi yang berasal dari golongan flavonoid, polifenol, maupun saponin. Menurut penelitian (Nurdyansyah dan Widyansyah (2017) yaitu ekstrak daun cincau hitam memiliki nilai IC50 66,67 ppm serta total fenol sebesar 829,7 ppm. Nilai IC50 tersebut membuktikan bahwa tanaman cincau hitam berpotensi sebagai bahan pangan fungsional yang mampu sebagai antioksidasi dalam tubuh akibat paparan senyawa radikal bebas. Berdasarkan review yang berjudul Beneficial Effect of Mesona palustris BL: A Review on Human and Animal Intervention terbukti bahwa cincau hitam memiliki kandungan antioksidan. Selai...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR

  Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik terutama pada industri minuman. 1. Faktor Fisika  Faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kualitas air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Faktor-faktor fisika pada air meliputi:   A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkanoleh buangan industri.   B. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.   C. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersus...