untag-sby.ac.id- Minuman ringan berkarbonasi atau di Indonesia dikenal dengan nama softdrink sejak seabad yang lalu telah menjadi minuman ringan paling populer di Amerika Serikat mengungguli minuman lainnya seperti kopi, teh dan jus. Demikian juga di Indonesia, popularitas minuman yang notabene “made in America” ini terus meningkat. Di setiap restoran, depot, warung bahkan pedagang kaki lima selalu menyediakan minuman berkarbonasi ini. Banyak merek telah kita kenal salah satunya karena promosinya yang gencar di media massa seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite, Pepsi, 7-up dan sebagainya. Mengungguli minuman teh dalam botol, kopi, atau minuman-minuman tradisional kita seperti wedang ronde, bajigur, es cao dan sebagainya.
Minuman ini banyak disukai karena rasanya yang nikmat, siap saji dan sangat memenuhi selera bagi mereka yang sedang dahaga, terutama setelah berolahraga dan bekerja berat. Suatu hal yang wajar jika minuman ini disukai karena iklim kita yang tropis lembab dengan suhu udara yang cukup tinggi, sama dengan iklim tempat pertama kali ditemukannya racikan softdrink ini di Amerika Serikat bagian selatan yang beriklim tropis, yaitu negara bagian Georgia dan South Carolina. Orang membutuhkan banyak cairan karena cuaca panas menghilangkan dengan cepat cairan tubuh.
Di lain pihak makin banyak penyakit yang diderita masyarakat yang secara langsung maupun tidak menuding konsumsi softdrink sebagai penyebabnya, seperti obesitas (kelebihan berat badan) terutama pada anak-anak, kerusakan / karies gigi dan bahkan diabetes. Untuk itu pengetahuan tentang apa itu softdrink sangat penting artinya, terutama bagi orangtua yang suka memanjakan anak-anaknya dengan membelikan softdrink sebagai minuman sehari-hari.
Apa itu softdrink ?
Di Amerika Serikat istilah softdrink digunakan untuk membedakan minuman tersebut dari liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang tidak beralkohol disebut softdrink. Dengan demikian softdrink dapat diperjual-belikan dengan bebas. Jika di wilayah utara Amerika Serikat yang beriklim subtropis dan dingin minuman beralkohol menjadi minuman favorit, maka Amerika Serikat bagian selatan yang tropis dan panas softdrink-lah yang populer.
Kita bisa mengindonesiakan softdrink sebagai minuman ringan, dengan asumsi bahwa benar minuman ini memang “ringan” status gizinya. Minuman ini, selain kadar gulanya yang tinggi, tidak memiliki zat gizi lain yang berarti. Kini, kita kenal berbagai jenis produk minuman ringan yang beredar di pasaran. Ada yang beraroma buah cola, ada yang berflavor buah jeruk, ada pula jenis flavor lain seperti rasa nanas, coffee cream, root beer hingga cream soda.
Di Australia yang disebut dengan softdrink adalah minuman tidak beralkohol baik yang ditambah CO2 (berkarbonasi) maupun yang tidak, jadi minuman kemasan lain yang siap diminum seperti teh, jus buah, bahkan air kemasan termasuk softdrink. Sedangkan di Indonesia istilah softdrink lebih populer untuk minuman berkarbonasi. Minuman yang tidak berkarbonasi tidak termasuk softdrink, seperti teh botol, jus buah dan sebagainya. Kini telah banyak varian produk baru dari softdrink, namun pada umumnya minuman ringan itu kita bagi menjadi minuman ringan "jernih" (clear soft drink) yakni yang tidak berwarna semisal Sprite, 7-up dan sejenisnya. Ada pula yang ditambah dengan zat pewarna seperti Fanta, Mirinda dan sejenisnya. Ada yang tergolong jenis cola, serta ada pula berbentuk "minuman ringan diet" seperti Diet-Coke, Pepsi-Diet yang diperuntukkan bagi mereka yang sedang berdiet atau mengurangi kalori dalam makanannya.
Mengapa softdrink dituduh tidak sehat ?
Softdrink dituduh menjadi salah satu penyebab obesitas, penyebab kerusakan gigi bahkan diabetes memang ada benarnya. Zat gizi utama softdrink, kalau boleh disebut zat gizi, adalah gula. Tingkat kalori gula pada softdrink reguler (bukan diet) dengan volume 300 ml setara dengan 7 sendok makan gula! Kandungan gula yang tinggi ini menyebabkan obesitas pada anak-anak terutama di daerah perkotaan atau daerah makmur. Sedangkan untuk anak di daerah yang cenderung minus justru menjadi penyebab kekurangan gizi, karena minum softdrink membuat anak tidak ingin lagi makan. Seperti yang terjadi di suatu negara di Afrika banyak bayi kurang gizi karena ibunya hanya memberi minuman ringan tanpa asupan gizi lainnya. Maka terkenallah istilah fanta-baby di sana.
Gula kita kenal sebagai makanan minuman yang memiliki nilai "kalori kosong" yang berarti isinya hanya berupa kalori tanpa adanya kandungan zat gizi lainnya. Konsumsi gula atau makanan dengan "kalori kosong" dalam jumlah berlebihan adalah tidak sehat. Konsumsi gula akan meningkatkan kadar gula darah yang pada gilirannya akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Hormon insulin berfungsi memasukkan gula ke dalam jaringan serta mengubah gula menjadi glikogen, trigliserida (cadangan lemak), dan akhirnya juga akan membentuk kolesterol.
Karena adanya insulin dalam jumlah banyak ini, gula darah akan dengan cepat menurun, yang pada gilirannya akan menimbulkan gejala hipoglikemia (kadar gula rendah) yang akan membuat orang bersangkutan merasa lapar dan haus. Bilamana rasa lapar dan haus ini dituruti, maka dapat menyebabkan terjadinya kelebihan asupan kalori dari konsumsi makanan minuman sehari-hari. Akibat itu semua obesitas di depan mata.
Kadar gula tinggi juga menyebabkan karies gigi, sama seperti jika anak-anak suka sekali permen, cepat atau lambat akan terjadi kerusakan gigi. Selain itu tingkat keasaman softdrink yang cukup tinggi juga dapat memacu kerusakan gigi. Keasaman softdrink disebabkan oleh proses karbonasi, yaitu memasukkan gas CO2 ke dalam minuman untuk memperbaiki citarasa softdrink. Maka dianjurkan minum softdrink sebaiknya menggunakan sedotan agar cairan minuman tidak sampai “merendam” gigi. Orang yang memiliki “bakat” diabetes sebaiknya juga menghindari softdrink karena kadar gulanya yang sangat tinggi. Rendahnya hormon insulin pada orang-orang yang berbakat diabetes dapat menyebabkan melonjaknya kadar gula darah jika orang tersebut minum softdrink.
Bagaimana dengan diet softdrink ? Minuman ringan diet memang kadar kalorinya rendah. Hal ini bukan karena dikurangi kadar gulanya tetapi gulanya diganti dengan pemanis sintetis. Jika softdrink reguler pemanisnya umumnya adalah gula tebu atau sirup fruktosa (HFCS = high fructose corn syrup), maka diet softdrink umumnya menggunakan pemanis buatan aspartam, bahkan juga mungkin sakarin atau siklamat yang di Amerika Serikat sudah dilarang.
Mencari alternatif.
Sifat cepat saji, mudah ditemukan, higienis, nikmat sebagai penghilang dahaga serta manis menjadi keunggulan softdrink. Untuk itu perlu dicarikan produk semacam softdrink tetapi yang lebih sehat menjadi tantangan ahli gizi di masa depan. Ini sebenarnya juga tantangan bagi pebisnis produk pangan karena minuman alternatif softdrink potensial dikembangkan di era masyarakat yang berpola hidup sehat.
Salah satu alternatifnya adalah air kelapa. Kelapa merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia khususnya di daerah pesisir. Secara komersial, saat ini buah kelapa hanya digunakan sebagai bahan baku kopra, sedangkan air kelapanya masih jarang dimanfaatkan. Jika air kelapa ini dikarbonasi tentu akan menjadi minuman yang sehat menyegarkan dengan kandungan mineral yang cukup tinggi. Kandungan mineralnya cocok untuk mereka yang berolahraga maupun bekerja berat yang kehilangan mineral dalam keringatnya. Air kelapa tidak hanya mampu menggantikan softdrink tapi juga minuman olahraga (sports drink). *****
Inilah “jerohan” softdrink
1. Air : komponen utama softdrink.
2. CO2 : sama dengan gas buang pernafasan kita. Berguna untuk memperbaiki flavor minuman. Menghasilkan rasa masam yang enak dan rasa “krenyes-krenyes” dan “menggelitik” di kerongkongan.
3. Gula / pemanis :
- Softdrink reguler : sukrosa (gula tebu), sirup fruktosa atau HFCS : high fructose corn syrup.
- Softdrink diet : pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat. Di Amerika Serikat menggunakan pemanis sintetis mutakhir : sucralose dan acesulfame-K
4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffee cream) : kadarnya cukup tinggi,
membantu seseorang tetap terjaga / tidak mengantuk, jantung dapat berdegub kencang,
sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi, berpotensi serangan
jantung koroner atau stroke
5. Zat pengawet : Umumnya softdrink diawetkan dengan sodium-benzoat, suatu bahan
pengawet sintetis. Aman untuk bahan pangan namun ada batas maksimal yang harus
diperhatikan.
6. Zat pewarna : Ditemukan pada beberapa jenis softdrink, tidak terdapat pada softdrink
jernih. Ada zat pewarna alamiah seperti karamel (pada softdrink cola) tetapi yang
banyak digunakan adalah zat pewarna sintetis seperti : karmoisin dan tartrazin.
7. Flavor buatan : seperti rasa jeruk, rasa strawberry, rasa nanas dan sebagainya,
merupakan flavor sintetik, bukan hasil ekstraksi buah-buahan, jadi jangan harapkan
mengandung vitamin dan mineral seperti yang ada pada buah-buahan.
Sejarah Penemuan Softdrink
Abad 16 : Di Eropa telah ditemukan cara pemasukan CO2 ke air, tetapi bertujuan untuk
terapi kesehatan menggunakan air mineral.
1767 : Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa
CO2 yang ditambahkan dalam air akan menyebabkan rasa masam.
1785 : Minuman ber-CO2 mulai diproduksi di Philadelphia, Amerika Serikat.
1886 : John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta-Georgia (AS),
menemukan formula minuman yang dia sebut sebagai Coca-Cola. Minuman
ini diberi flavor ekstrak “kacang” kola.
1898 : Caleb Bradham, seorang ahli farmasi dari New Bern-North Carolina (AS),
membuat formula minuman berkarbonasi sendiri yang dia sebut “Brad’s
Drink” yang akhirnya terkenal sebagai Pepsi-Cola. Sekarang menjadi brand
kompetitor terkuat Coca Cola.
1905 : Claud A. Hatcher, seorang (lagi-lagi) ahli farmasi dari Columbus-Georgia
(AS) menemukan formula minuman berkarbonasi yang dia sebut “Chero-
Cola”. Sekarang menjadi Royal Crown (RC) Cola, produsen ketiga terbesar
softdrink dunia
Surabaya, Juni 2008
Richardus Widodo, Ir, MM
Dosen Teknologi Pangan
Fakultas Industri Pangan
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Email : widodorichardus@yahoo.com
HP. 08121719241