teanology.wordpress.com, Sehari-hari kita mendengar berbagai jenis tes yang disebut orang. Sebagian kita mungkin kurang begitu mengenal jenis-jenis tersebut. Bahkan, ada bahan yang disebut orang sebagai teh herbal padahal ia sama sekali tidak mengandung daun teh. Secara umum, yang kita kenal sebagai teh itu merujuk pada daun-daun yang dipetik dari tanaman teh (Camellia sinensis). Kalau kita berbagai jenis teh, sebenarnya perbedaannya hanyalah pada pengolahan daun teh setelah dipetik, dan atau pengemasannya. Kalau kita berbagai jenis teh, sebenarnya perbedaannya hanyalah pada pemrosesan daun teh setelah dipetik, dan atau pengemasannya. Pemrosesan tersebut juga yang menyebabkan perbedaan aroma dan kualitas teh.
Berdasar pengolahan atau pemrosesan kita mengenal 3 jenis teh, yaitu teh hijau, teh hitam, dan teh Oolong (Wulong).
1. Teh Hijau
Yang kita sebut sebagai teh hijau adalah daun teh diproses dengan pengeringan cepat. Setelah daun teh dipetik ia akan mengalami proses oksidasi, mulai layu, dan akhirnya mati. Jika oksidasi berlangsung terus, maka kandungan polifenol, catechin, dan flavonoid dalam daun yang berguna bagi kesehatan akan berkurang drastis. Padahal justru kandungan senyawa-senyawa tadi yang menjadi alasan teh sebagai minuman kesehatan. Maka dilakukanlah pengeringan dengan cepat agar kandungannya bisa dipertahankan di dalam daun teh.
2. Teh Hitam
Teh hitam justru disengaja dioksidasikan agar daun teh tersebut “masak” dan memunculkan aroma yang dalam, kaya, dan khas. Masing-masing produsen memiliki ukuran sendiri dalam pemrosesan itu sehingga diperoleh aroma yang unik. Proses oksidasi ini yang sering disebut orang sebagai fermentasi. Istilah fermentasi ini tidaklah tepat benar karena yang disebut sebagai fermentasi adalah proses dimana yeast dikonversi menjadi alkohol dan gula dikonversikan dan dilepas sebagai gas karbondioksida.
3. Teh Oolong
Teh Oolong berada di antara teh hijau dan teh hitam dalam lamanya waktu daun teh dibiarkan teroksidasi. Terdapat dua kategori, yaitu “green” dan “amber”. Kategori teh oolong “green” jangka waktu oksidasinya lebih singkat dari pada kategori “amber”. Perbedaan waktu tersebut yang menyebabkan beragam kehalusan teh Oolong yang ada di pasaran yang sering diidentikan dengan gaya dan tradisi dari produsennya.
4. Teh Putih
Dari sisi pemrosesan, teh putih sebenarnya adalah teh hijau. Hanya saja teh putih ini terdiri dari daun teh yang masih sangat muda, yang bulu-bulu daunnya yang lembut kemudian berwarna keputihan. Kadang tanaman harus dinaungi terlebih dulu sebulan atau lebih sebelum dipetik pucuknya untuk menghasilkan teh putih. Akibatnya, teh memiliki kadar klorofil yang rendah dan antioksidan catechin yang lebih tinggi. Senyawa catechin inilah yang berperan melawan radikal bebas yang menyebabkan berbagai penyakit. Tentu saja keistimewaan teh putih ini menjadikannya sebagai jenis premium yang lebih mahal harganya.
Teh putih ini memiliki sejarah yang panjang. Ia mulai dikenal di jaman Dinasti Tang (618 – 907 M) di Cina. Baru pada tahun 1891, Cina mengekspor jenis teh ini. Harganya yang tinggi menjadikan teh putih digunakan sebagai simbol status sosial seseorang. Namun, harga yang tinggi itu pula yang menyebabkan tidak banyak orang mengkonsumsinya sehingga kurang populer.
5. Teh Kuning.
Teh kuning sebenarnya adalah teh putih yang dibiarkan hingga berwarna kekuningan, yaitu dengan cara durasi pengeringan yang lebih lama. Teh ini dikenali dengan warna hijau kekuningan yang jelas. Dari sisi aroma, teh kuning lebih dekat dengan aroma teh hitam yang kuar. Namun dari sisi rasa, teh kunging masih berada di antara teh hijau dan putih. Sebagaimana teh putih, teh kuning ini juga merupakan jenis premium.