teanology.wordpress.com, Teh dilaporkan mengandung hampir 4000 senyawa bioaktif yang sepertiganya berupa polifenol. Polifenol dapat berupa flavonoid atau non-flavonoid, namun kebanyakan polifenol yang dikandung teh berupa flavonoid. Meskipun terdapat banyak flavonoid, namun mereka dapat dikelompokkan ke dalam 6 golongan, yaitu:
1. Catechin, misalnya EGCG, EG, ECG, dan catechin
2. Flavonols, misalnya Kaempferol dan Quercetin
3. Anthocyanidin, misalnya Malvidin, Cyanidin, dan Delphinidin
4. Flavones, misalnya Apigenin dan Rutin
5. Flavonones, misalnya Myricetin
6. Isoflavonoids, misalnya Genistein dan Biochanin A.
Catechin
Catechin merupakan kelompok senyawa yang menyusun 20 – 30% dari berat kering teh hijau. Catechin utama antara lain epicatechin gallate (ECG), epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin gallate (EGCG). Catechin-catechin tersebut tidak berwarna dan bisa larut dalam air. Mereka ikut menyebabkan rasa sepat pada teh. Karakteristik teh seperti rasa, warna, dan aroma sering dihubungkan secara langsung maupun tak langsung dengan modifikasi catechin-catechin tersebut. Misalnya, penurunan kandungan catechin dilaporkan meningkatkan kualitas aroma teh.
Flavonols
Quercetin, myricetin, dan kaempferol merupakan falvonols utama yang menyusun 2-3% ekstrak teh yang bisa terlarut dalam air. Kelompok ini terutama berbentuk glycosidic karena bentuk-bentuk non-glycosidic tidak bisa larut dalam air. Dalam beberapa publikasi ilmiah, dilaporkan proporsi flavonols ini dalam daun teh berbeda-beda. Perbedaan itu pada dasarnya disebabkan metode yang digunakan untuk pengukuran yang berbeda.
Anthocyanidin
Anthocyanidin utama dalam daun teh adalah dari golongan delphenidin dan cyanidin. Daun dari tanaman teh yang dipangkas (misalnya yang ditanam secara komersial di perkebunan teh) dari pada tanaman yang dibiarkan tidak dipangkas. Senyawa ini dianggap yang menentukan kualitas teh hitam, namun hal ini bukanlah sesuatu yang signifikan.