ipb.ac.id, Pola konsumsi pangan yang salah dapat menimbulkan apa yang disebut ”malnutrisi” atau gizi salah. Keadaan malnutrisi yang ekstrim dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: (1) defisiensi atau kurang gizi, dan (2) ekses atau gizi lebih.
Pengaruh kedua macam malnutrisi tersebut terhadap panjang umur harapan telah lama diketahui, karen adanya hubungan antara malnutrisi dan timbulnya penyakit.
Apakah benar ada hubungan antara konsumsi pangan dan panjang umur harapan. Ternyata secra teoritis hubungan tersebut memang ada. Mengapa teoritis? Hal ini disebabkan karena kita semua percaya bahwa umur itu ada di tangan Tuhan. Kita tidak akan pernah tahu kapan maut itu akan datang menjemput kita.
Hubungan teoritis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Apabila kita mengenyampingkan faktor kecelakaan sebagai penyebab kematian, maka panjang umur harapan atau kemungkinan hidup selama X tahun, tergantung pada kesehatan fisik. (2) apabila kita menge-nyampingkan adanya fungsi tubuh yang salah atau terdapatnya kerusakan, maka kesehatan fisik tersebut tergantung pada status gizi. (3) Status gizi adalah suatu hasil kumulasi dan agregasi konsumsi zat gizi (nutrien), yang sangat tergantung pada konsumsi pangan.
Sudah umum diketahui bahwa defisiensi atau kurang gizi adalah akibat kurangnya konsumsi bahan pangan yang bergizi, dan hal ini dapat menimbulkan bermacam-macm penyakit seperti kwashiorkor, marasmus, scorbut, rachitis, gondok, rabun senja dan lain-lain.
Dalam masa pembangunan dewasa ini secara umum pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia telah berubah. Umumnya pola konsumsi telah beralih ke bahan pangan yang lebih bergizi, sehingga kesehatan masyarakat secara umu dapat diperbaiki.
Tetapi dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, terdapat kecenderungan, terutama pada golongan menengah-atas, adanya konsumsi pangan yang berlebihan atau tidak memperhatikan keseimbangan atara jumlah yang dimakan dan jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya penyakit akibat gizi lebih, atau yang sering disebut sebagai ”penyakit orang kaya”.
Bermacam-macam penyakit yang ditimbulkan oleh keadaan gizi lebih tersebut antara lain : penyakit jantung koroner, hipertensi (tekanan darah tinggi), kanker payudara dan usus besar, kegemukan, diabetes (kencing manis) dan ”cirrhosis” hati.
Ternyata, penyakit-penyakit tersebut merupakan enam dari sepuluh penyebab kematian utama di Amerika Serikat. Sebagian besar masalah kesehatan tersebut adapt dicegah dengan pengaturan konsumsi pangan. Beberapa kenyataan menunjukkan bahwa dengan cara perbaikan diit, resiko sakit dapat dikurangi.
Sampai sekarang usaha medis yang dijalankan lebih banyak ditujukan pada tindakan pengobatan, yaitu setelah penyakit itu timbul. Biasanya pengobatan tersebut selain sulit juga memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu perhatian harus ditujukan pada tindakan pencegahan, yang dapat dilakukan dengan mengubah atau memodifikasi pola konsumsi pangan.
Penyakit Jantung Koroner
Konsumsi yang berlebihan terhadap bahan-bahan berikut ini terlibat sebagai faktor penyebab timbulnya penyakit jantung koroner: lemak secara umum, lemak jenuh, kholesterol, garam, gula dan alkohol.
Konsumsi lemak secara umum, lemak jenuh dan kholesterol berkorelasi positif dengan kadar kholesterol dalam serum darah, dan dengan demikian berkorelasi positif pula dengan insiden serangan jantung.
Konsumsi garam berhubungan dengan tekanan darah dan hipertensi, yang akan membuat lebih buruk kondisi jantung. Gula dan alkohol adalah nutrien yang densitasnya rendah, yang dapat menggantikan bahan pangan lain yang mengandung mineral dan vitamin yang diperlukan tubuh.
Oleh karena faktor konsumsi pangan jelas terlibat pada etiologi penyakit jantung koroner, beberapa hal yang direkomendasikan untuk pencegahannya adalah sebagai berikut:
(1) Mengurangi jumlah konsumsi kalori agar dapat mempertahankan berat tubuh yang ideal .
(2) Meningkatkan proporsi kalori yang dikonsumsi dari protein, yaitu dengan memperbanyak konsumsi ikan dan protein nabati (misalnya dari kacang-kacangan).
(3) Mengurangi jumlah konsumsi lemak, dan perbandingan antara jumlah lemak jenuh dan tidak jenuh yang dikonsumsi adalah satu banding satu.
Bahan pangan yang mengandung lemak jenuh dalam kadar tinggi antara lain : daging sapi, domba dan babi. Yang kadar lemak jenuhnya moderat : daging anak sapi, ayam dan kalkun. Dan bahan pangan yang kadar lemak jenuhnya sangat tinggi adalah: hati, jantung, otak dan kerang-kerangan. Sedangkan bahan pangan yang mengandung lemak tidak jenuh dalam kadar tinggi adalah ikan dan kacang-kacangan.
(4) Mengurangi jumlah konsumsi kholesterol. Bahan pangan yang mengandung kholesterol dalam kadar tinggi antar lain: telur, keju, susu, mentega dan es krim.
(5) Mengurangi jumlah konsumsi gula, tetapi meningkatkan jumlah konsumsi bahan pangan berpati dan berserat. Konsumsi gula-gula dan ”dessert” harus dihindarkan, tetapi konsumsi buah dan sayur-sayuran ditingkatkan.
(6) Mengurangi jumlah konsumsi garam dengan cara membatasi konsumsi bahan pangan yang diasin, ”snack foods” yang asin serta menghilangkan kebiasaan menambahkan garam meja pada waktu makan.
(7) Mengurangi jumlah konsumsi minuman beralkohol.
Kanker dan Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi umumnya disebabkan karena meningkatnya konsumsi natrium (Na). Dalam hal ini garam dapur atau garam meja merupakan sumber natrium yang utama.
Sesungguhnya untuk mensuplai kebutuhan natrium bagi tubuh, hanya diperlukan konsumsi garam sebanyak 1 gram per hari; tetapi konsumsi garam lebih dari sejumlah itu sulit untuk dihindarkan sebab kalau tidak, rasa makanan akan kurang enak. Yang penting diperhatikan adalah agar konsumsi tersebut tidak berlebihan.
Konsumsi lemak yang berlebihan ternyata berkorelasi positif dengan insiden kanker payudara dan usus besar. Insiden kanker usus besar ternyata juga berkorelasi positif dengan rendahnya konsumsi bahan pangan yang ”bulk”
Terdapat suatu spekulasi bahwa konsumsi lemak dalam jumlah tinggi akan meningkatkan sekresi ”proclatin”, suatu zat penyebab timbulnya kanker payudara.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat dalam usus besar secara normal, dapat memproduksi karsinogen (zat penyebab kanker), yang mungkin berasal dari fragmen lemak (hasil pemecahan lemak).
Hipotesa yang paling dapat diterima mengenai timbulnya kanker usus besar tersebut adalah : apabila seseorang mengkonsumsi bahan pangan yang kurang ”bulk” dan kemudian menderita susah buang air besar, maka kecepatan pengaliran bahan menjadi lambat, sehingga ada kesempatan bagi tubuh untuk menyerap karsinogen yang dibentuk oleh bakteri tersebut di atas.
Dari keterangan tersebut jelas bahwa pencegahan timbulnya kanker payudara dan usus besar yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi jumlah konsumsi lemak dan bahan pangan berlemak serta memperbanyak konsumsi bahan pangan berserat.
Kegemukan dan Diabetes
Bermacam-macam penyakit dapat ditimbulkan atau dibuat lebih buruk keadaannya oleh kegemukan. Oleh karena itu pengontrolan berat badan merupakan faktor penting dalam meningkatkan panjang umur harapan.
Baik gula maupun lemak merupakan sumber energi yang terkonsentrasi dan hampir tidak mengandung apa-apa lagi. Karena umumnya bahan pangan ini digemari, maka bahan ini dapat menggantikan peranan buah-buahan, sayuran atau serealia dalam menu.
Sedangkan bahan pangan yang digantikan tersebut merupakan bahan pangan yang rendah kalorinya tetapi ”bulk”nya tinggi, sehingga peningkatan konsumsi buah-buahan, sayuran dan serealia akan mempermudah pengontrolan berat tubuh.
Hasil penelitian yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa pola berat badan ditentukan pada masa kanak-kanak dan remaja. Oleh karena itu pencegahan kegemukan sebaiknya dilakukan mulai masa-masa tersebut.
Telah dibuktikan adanya hubungan terbatas antara diabetes dengan konsumsi pangan sebagai berikut : gizi lebih mendorong timbulnya diabetes karena lebih banyak insulin yang diperlukan dibandingkan dengan yang dapat diproduksi.
Bila insulin tidak cukup untuk mengontrol kadar gula dalam darah agar tetap pada batas-batas normal, maka seseorang tersebut dikategorikan sebagai penderita diabetes. Hal ini terbukti terjadi pada 85 persen dari 5 juta lebih kasus penderita diabetes.
Modifikasi diit yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya diabetes tersebut antara lain: (1) Mempertahankan berat tubuh yang ideal. (2) Mengurangi jumlah konsumsi lemak. (3) Meningkatkan jumlah konsumsi karbohidrat kompleks berupa pati-patian karena bahan pangan ini akan diuraikan menjadi glukosa secara lambat dan tidak akan menghasilkan kenaikan kadar gula darah yang berlebihan.
Penyakit diabetes ini ternyata dapat mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan lainnya, sebagai contoh:
1. Penderita diabetes mudah terkena penyakit jantung (cardiovascular), karena kenaikan kadar gula dalam darah akan membawa pada kenaikan kadar lemak dalam darah. Hasilnya adalah penumpukan lemak yang cepat pada jaringan pembuluh darah sampai terjadi penyumbatan.
Apabila hal ini terjadi dalam pembuluh darah yang mensuplai jantung, maka jaringan jantung mati (myocardial infraction) dan dapat mencegah atau menghentikan gerakan otot jantung yang dapat mengakibatkan kematian.
2. Penderita diabetes mudah terkena ”gangren”, terutama pada jari kaki. Bila saluran darah tersumbat, sirkulasi darah terhambat. Bila jaringan tersebut terinfeksi, maka jaringan akan mati. Inilah yang menyebabkan mengapa luka yang terjadi pada penderita diabetes sukar untuk disembuhkan.
3. Diabetes dapat menyebabkan kebutaan. Kenaikan tekanan dalam saluran darah yang kecil akan mengakibatkan pecahnya saluran darah tersebut, kemudian terjadi pembentukan jaringan baru pada bekas luka. Kebutaan terjadi akibat cahaya tidak dapat menembus jaringan tersebut.
4. Diabetes juga dapat mengakibatkan kerusakan ginjal, karena ginjal dipaksa bekerja keras untuk menyaring ekses gula, dan terjadinya pengembangan jaringan bekas luka akibat tersumbatnya dan terpecahnya saluran darah yang kecil.
“Chirrhosis” Hati
“Chirrhosis” adalah penyakit peradangan hati yang ditandai dengan penggantian sel-sel hati oleh lemak dan jaringan berserat. Konsumsi alkohol yang berlebihann adalah penyebab utama timbulnya “chirrhosis”.
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa umumnya peminum alkohol tidak mengkonsumsi bahan pangan bergizi secara teratur, dan pula metabolisme alkohol oleh sel-sel hati mempertinggi kebutuhan tubuh akan thiamin dan vitamin-vitamin lain. Pencegahan utama dalam hal ini adalah mengurangi atau meniadakan sama sekali kebiasaan minum alkohol. Sesungguhnya tidak ada kegunaannya sama sekali bagi kita yang hidup di daerah beriklim tropis untuk minum alkohol.
Tindakan Pemerintah untuk memberantas minuman beralkohol sebaiknya terus dilanjutkan karena bahaya yang mengancam di balik alkohol tersebut bagi kesehatan, terutama generasi muda kita.
Dari contoh-contoh yang telah diuraikan di atas jelas adanya hubungan antara pola konsumsi pangan dan resiko sakit, sehingga juga berarti memperpendek umur harapan. Oleh karena itu untuk mencegah timbulnya macam-macam penyakit tersebut perlu diperhatikan pola konsumsi pangan.
Bagaimanapun motto “lebih baik mencegah daripada mengobati” adalah tepat dan sebaiknya dilaksanakan. Barangkali banyak orang setuju dengan pendapat “lebih baik mati muda daripada panjang umur tapi sakit-sakitan”. Akan tetapi semua orang tentu menginginkan “panjang umur dan sehat selalu”.
Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS
Sumber : Sinar Harapan, 30 April 1984
Sebelum tahun 1950, proses pembuatan adonan yang amat populer adalah menggunakan metode sourdough dan sponge and dough yang membutuhkan waktu 12-24 jam dalam proses fermentasi. Proses pembuatan roti di jaman moderen menuntut kecepatan karena waktu semakin berharga dan cakupan wilayah distribusi semakin luas, yang berarti kapasitas produksi semakin besar. Maka proses fermentasi semakin pendek bahkan ada istilah no time dough untuk menjelaskan singkatnya waktu fermentasi. Untuk itu diperlukan bahan yang membantu kinerja pengembangan roti agar maksimal dalam waktu fermentasi yang maksimal yang dikenal dengan nama bread improver. Ada dua alasan utama dalam mengaplikasikan bread improver dalam adonan yang menggunakan yeast, yaitu untuk mendukung kerja yeast dalam memproduksi gas (CO²) dalam masa fermentasi dan menjaga kestabilan kandungan gas di dalam adonan yang berperan juga dalam menentukan cita rasa, kestabilan volume dan shelf life adonan setelah dipanggang. Dalam Bread Improver