Pati merupakan jenis karbohidrat yang terutama dihasilkan oleh tanaman. Pati tersusun dari dua makromolekul polisakarida, yaitu amilosa dan amilopetin, yang keduanya tersimpan dalam bentuk butiran yang disebut granula pati. Amilosa tersusun dari molekul-molekul glukosa yang diikat dengan ikatan glikosidik a-1,4 yang membentuk struktur linear, sedangkan amilopektin di samping disusun oleh struktur utama linear juga memiliki struktur yang bercabang-cabang, dimana titik-titik percabangannya diikat dengan ikatan glikosidik a-1,6. Amilopektin memiliki struktur molekul yang lebih besar dibanding amilosa dan umumnya kandungannya di dalam granula pati lebih banyak dibanding amilosa. Kandungan amilosa dan amilopektin dan struktur granula pati berbeda-beda pada berbagai jenis sumber pati menyebabkan perbedaan sifat fungsional pati, seperti kemampuan membentuk gel dan kekentalannya (Whistler et al., 1984) (Feri Kusnandar, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB).
Sumber pati yang banyak
digunakan secara komersial, di antaranya adalah pati kentang, tapioka,
sagu, beras, jagung, gandum, kacang tanah, dsb. Di industri pangan, pati
tersebut banyak digunakan baik sebagai bahan baku maupun bahan tambahan
sebagai pengental (thickening agent), pembentuk gel (gelling agent),
pembentuk film (filming agent) dan penstabil (stabilizing agent).
Di
samping pati alami, secara komersial telah tersedia berbagai jenis pati
termodifikasi (modified starch) dengan tujuan penggunaan yang
berbeda-beda. Tulisan ini akan memfokuskan pada pembahasan tentang
teknologi modifikasi pati dan aplikasinya dalam proses pengolahan
pangan.
Mengapa modifikasi pati?
Secara
umum pati alami memiliki kekurangan yang sering menghambat aplikasinya
di dalam proses pengolahan pangan (Pomeranz, 1985), di antaranya adalah:
- Kebanyakan pati alami menghasilkan suspensi pati dengan viskositas dan kemampuan membentuk gel yang tidak seragam (konsisten). Hal ini disebabkan profil gelatinisasi pati alami sangat dipengaruhi oleh iklim dan kondisi fisiologis tanaman, sehingga jenis pati yang sama belum tentu memiliki sifat fungsional yang sama.
- Kebanyakan pati alami tidak tahan pada pemanasan suhu tinggi. Dalam proses gelatinisasi pati, biasanya akan terjadi penurunan kekentalan suspensi pati (viscosity breakdown) dengan meningkatnya suhu pemanasan. Apabila dalam proses pengolahan digunakan suhu tinggi (misalnya pati alami digunakan sebagai pengental dalam produk pangan yang diproses dengan sterilisasi), maka akan dihasilkan kekentalan produk yang tidak sesuai.
- Pati tidak tahan pada kondisi asam. Pati mudah mengalami hidrolisis pada kondisi asam yang mengurangi kemampuan gelatinisasinya. Pada kenyataannya banyak produk pangan yang bersifat asam dimana penggunaan pati alami sebagai pengental menjadi tidak sesuai, baik selama proses maupun penyimpanan. Misalnya, apabila pati alami digunakan sebagai pengental pada pembuatan saus, maka akan terjadi penurunan kekentalan saus selama penyimpanan yang disebabkan oleh hidrolisis pati.
- Pati alami tidak tahan proses mekanis, dimana viskositas pati akan menurun adanya proses pengadukan atau pemompaan.
- Kelarutan pati yang terbatas di dalam air. Kemampuan pati untuk membentuk tekstur yang kental dan gel akan menjadi masalah apabila dalam proses pengolahan diinginkan konsentrasi pati yang tinggi namun tidak diinginkan kekentalan dan struktur gel yang tinggi.
Modifikasi
pati dilakukan untuk mengatasi sifat-sifat dasar pati alami yang kurang
menguntungkan seperti dijelaskan di atas, sehingga dapat memperluas
penggunaannya dalam proses pengolahan pangan serta menghasilkan
karakteristik produk pangan yang diinginkan.
Pati
termodifikasi adalah pati yang telah mengalami perlakuan fisik atau
kimia secara terkendali sehingga merubah satu atau lebih dari sifat
asalnya, seperti suhu awal gelatinisasi, karakteristik selama proses
gelatinisasi, ketahanan oleh pemanasan, pengasaman dan pengadukan, dan
kecenderungaan retrogradasi. Perubahan yang terjadi dapat terjadi pada
level molekular dengan atau tanpa mengubah penampakan dari granula
patinya.
Teknologi Modifikasi Pati dan Aplikasinya
Teknik
modifikasi pati yang banyak dilakukan di antaranya adalah modifikasi
secara fisik (di antaranya dengan pregelatinisasi), dan modifikasi kimia
(di antaranya modifikasi ikatan silang, substitusi, dan hidrolisis
asam) (Wurzburg et al., 1986). Modifikasi dapat juga dilakukan secara
kombinasi, misalnya kombinasi modifikasi ikatan silang dan substitusi.
Tabel 1 memperlihatkan beberapa jenis teknik modifikasi pati, tujuan
utama dan aplikasinya di dalam produk pangan.
Tabel 1. Teknik modifikasi pati, tujuan dan aplikasinya
Teknik modifikasi pati | Tujuan utama | Aplikasi |
Pregelatinisasi | Menghasilkan pati yang dapat terdispersi (larut) dalam air dingin (bersifat instan) | Makanan bayi, food powder, salad dressing, cake mixes, pudding |
Ikatan silang (crosslinking) yang memperkuat ikatan hidrogen pada granula pati | Menghasilkan pati dengan viskositas yang stabil terhadap suhu tinggi, proses pengadukan, dan kondisi asam | Suun, makanan kaleng yang diproses pada suhu tinggi, pie filling, sup |
Substitusi gugus hidroksil dari pati | Menghasilkan pati yang tidak mudah mengalami retrogradasi, memperbaiki stabilitas viskositas | Produk yang dibekukan |
Hidrolisis terkendali dengan asam | Menghasilkan pati dengan viskositas yang rendah |
Produk confectionery (permen/gum)
|
Kombinasi substitusi dan ikatan silang | Menghasilkan pati yang tahan panas, pengadukan, dan asam serta kecenderungan retrogradasi yang rendah | Saus, makanan beku |
Pregelatinisasi
Pregelatinisasi
merupakan teknik modifikasi pati secara fisik yang paling sederhana
yang dilakukan dengan cara memasak pati di dalam air sehingga
tergelatinisasi sempurna, kemudian mengeringkan pasta pati yang
dihasilkan dengan menggunakan spray dryer atau drum dryer. Karena sudah
mengalami gelatinisasi, maka pati pregelatinisasi tidak lagi memiliki
penampakan granula pati. Pati pregelatinisasi bersifat instan, dimana
dapat larut dalam dalam air dingin (cold water soluble). Di samping itu,
pati pregelatinisasi memiliki viskositas yang lebih rendah dibanding
pati yang tidak dipregelatinisasi. Pati pregelatinisasi di antaranya
dapat digunakan untuk formulasi makanan bayi dan pudding.
Modifikasi dengan ikatan silang (crosslinked starch)
Pati
yang dimodifikasi kimia dengan ikatan silang banyak diaplikasikan di
industri pangan. Pati ikatan silang diperoleh dengan cara mereaksikan
pati dengan senyawa bi- atau polifungsional yang dapat bereaksi dengan
gugus -OH pada struktur amilosa atau amilopektin sehingga dapat
membentuk ikatan silang atau jembatan yang menghubungkan satu molekul
pati dengan molekul pati lainnya. Dengan adanya ikatan silang ini, maka
akan memperkuat ikatan hidrogen pada rantai pati. Di antara senyawa yang
dapat membentuk ikatan silang dan diperbolehkan dalam makanan (food
grade) adalah senyawa polifosfat (seperti sodium tri metafosfat,
fosforus oksiklorida dan sodium tri polifisfat) dan gliserol. Gambar 1
memperlihatkan contoh reaksi antara molekul pati dengan senyawa POCl3
untuk menghasilkan pati ikatan silang yang dihubungkan dengan jembatan
fosfat.
Pati yang
dimodifikasi dengan ikatan silang lebih sulit mengalami gelatinisasi
tetapi lebih stabil selama pemanasan (tidak mengalami viscosity
breakdown). Pati ikatan silang juga lebih tahan kondisi asam, pemanasan,
dan pengadukan sehingga sesuai digunakan untuk produk yang diproses
dengan suhu tinggi, kondisi asam atau pengadukan yang kuat. Di antaranya
pati ikatan silang sesuai digunakan pada makanan kaleng yang
disterilisasi.
Modifikasi dengan substitusi
Modifikasi
pati dapat dilakukan dengan mensubstitusi beberapa gugus -OH pada
molekul amilosa atau amilopektin dengan senyawa pensubstitusi sehingga
dihasilkan ester pati. Di antara senyawa yang dapat digunakan adalah
senyawa asetat, suksinat, fosfat, hidroksipropil, and oktenil suksinat.
Tujuan utama dari modifikasi dengan substitusi adalah untuk menghambat
laju retrogradasi pati yang disebabkan oleh terhambatnya pembentukan
ikatan hidrogen dari molekul amilosa dan amilopektin oleh gugus ester
yang terbentuk.
Pati
yang dimodifikasi dengan substitusi juga mengalami penurunan suhu
gelatinisasi, peningkatan viskositas, memiliki kemampuan mengikat air
lebih tinggi dan menghasilkan pasta yang lebih jernih. Dibandingkan
dengan pati ikatan silang, pati substitusi masih mengalami penurunan
viskositas selama proses pemanasan (tidak stabil oleh pemanasan) dan
kurang tahan oleh kondisi asam. Pati ini dapat digunakan untuk
produk-produk pangan yang dibekukan yang menggunakan bahan pembentuk gel
atau pengisi.
Modifikasi dengan Hidrolisis asam
Pati
dapat dikonversi dengan cara menghidrolisis suspensi pati secara
terkendali dengan menggunakan asam dan pemanasan. Beberapa bagian dari
ikatan glikosidik pati akan mengalami pemutusan dengan perlakuan asam
sehingga dapat dihasilkan molekul pati yang lebih pendek. Hal ini
mengakibatkan sifat kemampuan gelatinisasi pati menurun, dimana akan
dihasilkan pati dengan viskositas yang lebih rendah pada saat pemasakan.
Dengan demikian, konsentrasi pati yang dapat digunakan dalam proses
pengolahan dapat lebih besar. Pati akan lebih larut dengan viskositas
yang lebih rendah tetapi dapat menghasilkan struktur gel yang lebih
kuat.
Pati yang
dimodifikasi dengan hidrolisis asam terutama digunakan apabila
diinginkan konsentrasi pati yang tinggi dan membentuk gel yang baik
tetapi tidak diinginkan pati mengalami pengentalan yang berlebihan. Pati
jenis ini dapat digunakan dalam proses pembuatan permen sebagai
pengganti gum arab.
Modifikasi dengan kombinasi ikatan silang dan substitusi
Dalam
beberapa proses pengolahan pangan, bukan saja sifat-sifat ketahanan
terhadap kondisi pemanasan suhu tinggi, pengadukan dan pengasaman yang
diinginkan, tetapi juga kemampuan pati untuk tidak mengalami sineresis
selama penyimpanan produk. Pati ikatan silang dapat menghasilkan pati
yang tahan terhadap suhu tinggi, pengadukan dan pengasaman, tetapi tidak
mampu menghambat laju retrogradasi. Sedangkan pati substitusi hanya
mampu menghambat laju retrogradasi.
Untuk
menghasilkan pati dengan sifat-sifat yang diinginkan tersebut, maka
dapat dilakukan kombinasi modifikasi ikatan silang dan substitusi. Di
antaranya yang banyak dilakukan adalah kombinasi modifikasi pati dengan
substitusi gugus –OH pada molekul pati dengan senyawa propilen oksida,
kemudian dilanjutkan dengan reaksi ikatan silang dengan senyawa
polifosfat (campuran sodium metafosfat dan sodium tripolifosfat)
(Wattanachant et al, 2003). Pati yang dimodifikasi dengan kombinasi
hidroksipropilasi dan ikatan silang tersebut telah tersedia secara
komersial, di antaranya dapat diaplikasikan pada produk saus.
Pustaka
- Pomeranz,Y. 1985. Functional Properties of Food Components. Academic Press, Inc.
- Wattanachant,S., Muhammad,K., D. Mat Hashim, and R. Abd. Rahman. 2003. Effect of crosslinking reagents and hydroxypropulation levels on dual-modified sago starch properties. Food Chemistry, 80:463-471.
- Whistler,R.L., Bemiller,J.N., and Paschall,E.F. 1984. Starch: Chemistry and Technology. Academic Press,Inc.
- Wurzburg,O.B. 1986. Modified Starchers: Properties and Uses. CRC Press,Inc.