Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Prinsip Dasar Program Cleaning & Sanitasi

Oleh Daniel A Budiman dan A. Sukianto Atnaja  Program Cleaning dan Sanitasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan apalagi diabaikan dalam industri pangan. Kebersihan suatu tempat dan peralatan-peralatan pendukung lainnya dalam suatu aktivitas kegiatan yang mutlak harus diperhatikan. Program kebersihan (cleaning) tidak boleh berhenti pada tahap kebersihan secara visual saja, tetapi harus berlanjut ke tahap membunuh bakteri yang masih tertinggal pada bagian tertentu suatu tempat atau peralatan. Program lanjutan ini bisa kita sebut sebagai Sanitasi (sanitation). Program pembersihan dan sanitasi akan dapat dilaksanakan secara baik dan cepat serta dengan hasil yang sesuai harapan jika bidang/ruang (scope)-nya relatif kecil atau sederhana. Dinamika permasalahan akan timbul jika bidang/ruang (scope)-nya luas serta bervariasi.  Pemilihan suatu metode pembersihan dan Sanitasi hendaklah mencermati hal- hal berikut: Bersifat apakah kotoran itu , organik atau anorganik. Permukaan

Bakteri Indikator Sanitasi dan Keamanan Air Minum

ipb.ac.id, Beberapa waktu terakhir berita mengenai keamanan air minum isi ulang mewarnai media masa. Terakhir diberitakan pada Kompas 23 Mei 2003, ditemukannya bakteri Escherichia coli , Coliform dan bahkan Salmonella dalam air minum isi ulang yang diambil dari beberapa depo. Nama-nama bakteri tersebut tentunya cukup membingungkan masyarakat awam, khususnya tentang signifikansi dan konsekuensi keberadaan bakteri-bakteri tersebut dalam air.  Tulisan ini akan membahas tentang mengapa bakteri-bakteri tersebut diuji sebagai indikator air minum dan apa arti keberadaan bakteri-bakteri tersebut di dalam air minum maupun makanan Bakteri Indikator Sanitasi, Escherichia coli dan Coliform Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam hal ini pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum pada Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan minuman (termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam

Brem Halal Dikonsumsi?

  Siapa tak mengenal penganan yang bernama brem. Penganan ini merupakan makanan favorit bagi para pelancong yang singgah di daerah di Jawa Timur. Mereka membeli penganan yang bentuknya padat ini sebagai buah tangan. Brem ini juga dipercaya memberikan khasiat tertentu bagi kesehatan tubuh. Dan rupanya, brem tak hanya berbentuk padat, namun ada pula produk brem dalam bentuk cair. Menurut Dosen Teknologi dan Pangan IPB, Anton Apriyantono, biasanya brem cair ini terdapat baik di Lombok maupun Bali yang dikemas dalam botol ukuran tidak terlalu besar. Di kedua daerah tersebut brem cair digunakan untuk mabuk. Selain dipakai pula dalam pelaksanaan sebuah acara ritual di sana.  Anton mengutip sebuah situs, bahwa brem cair ini dibuat melalui proses fermentasi. Dalam proses itu, memanfaatkan jamur tertentu guna mengurai karbohidrat atau glukosa menjadi ether. Bahan bakunya, terdiri atas beras ketan, beras ketan hitam, dan ragi tape. Selanjutnya, kedua beras ketan tersebut dicampurkan menjadi sa

Pentingnya Analisis Sensori dalam Industri Pangan

  Jauh sebelum ditemukannya metode analisis sensori, banyak orang sudah melakukannya dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, walau tanpa mereka sadari. Jenis analisis sensori yang dilakukan sangat sederhana tanpa adanya perhitungan berdasarkan statistika, tetapi lebih kepada parameter pengalaman yang dijadikan sebagai patokannya.  Sebagai contoh adalah ibu rumah tangga yang dalam kesehariannya tidak pernah lepas dari analisis sensori. Mengapa demikian? Karena ibu rumah tangga mempunyai tanggung jawab untuk memasak, atau mengolah bahan mentah menjadi makanan siap saji yang melibatkan beberapa proses, yaitu: 1. Pemilihan bahan mentah 2. Pengolahan bahan mentah 3. Bahan menjadi siap untuk dimakan 4.  Penentuan umur simpan Semua tahapan tersebut dilakukan dengan cermat dan tepat oleh ibu rumah tangga menggunakan analisis sensori yang sederhana. Seperti pemilihan bahan mentah, ibu rumah tangga akan menggunakan panca inderanya untuk menentukan mana bahan mentah yang baik dili

Trans Fatty Acid Makanan Kemasan

  Mulai 1 Januari 2006 Food and Drug Administration (FDA) mengharuskan semua produk makanan kemasan mencantumkan label ‘trans fatty acid’ pada kemasannya. Perubahan ini tampaknya kecil kecuali bagi yang mengetahui manfaatnya dan mengetahui dimana letak label tersebut biasa tercantum.Trans fatty acid juga sering disebut ‘trans fat.’  Apakah trans fat dan apa buruknya bagi kesehatan? Trans fat berperan seperti lemak jenuh yaitu dapat meningkatkan LDL kolesterol (lemak jahat) sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Trans fat ditemukan pada berbagai jenis makanan yang juga mengandung lemak jenuh tinggi misalnya, margarin, crackers , permen, kue cookies, makanan ringan, goreng-gorengan, dan berbagai jenis makanan yang diproses mencampurkan minyak sayur yang terhidrogenasi. Trans fat terbentuk saat hidrogen dicampurkan kedalam minyak sayur yang disebut Hidrogenasi. Hidrogenasi tersebut dapat meningkatkan daya tahan dan kestablian rasa dari makanan yang mengan