Langsung ke konten utama

Ikan Kaleng dan Kehalalan

 


Dahulu ketika saya kecil, makan ikan sardin dalam kaleng, adalah kemewahan tersendiri. Maklum tinggal di kota kecil dan belum banyak produk industri yang dijual. Itu pun hanya di tempat-tempat tertentu saja. Ikan kaleng yang berbahan baku ikan lemuru atau makarel itu, hanya dibeli ketika ibu saya hanya mempunyai waktu sedikit dalam menyiapkan sarapan pagi atau sudah terlambat pulang dari kantor, sementara perut tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya, biasanya saya yang disuruh untuk membeli ikan sardine kaleng itu dan diserahkan kepada ibu untuk diolah lebih jauh.

Untuk menghilangkan bau amis, ikan yang tenggelam dalam saus tomat, dipisahkan dan kemudian digoreng. Sedikit kecoklatan permukaannya, ikan sardine yang digoreng diangkat dari wajan penggorengan.

Kemudian saus tomat tadi, ditambahkan dengan bumbu cabe giling yang sudah dicampur dengan bawang dan biasanya ditambah lagi dengan irisan cabe rawit. Biar rasanya nendang…Sehingga saus tomat yang ikut berbau amis, dengan campuran bumbu tambahan ala ibu saya, hilang sama sekali amisnya.

Selanjutnya dua sejoli, ikan dan bumbu dimasukkan kembali dalam wajan penggorengan. Dicampur merata, dan kemudian diangkat ke atas piring dan siap dihidangkan. Biasanya sebagai tambahan hidangan, tumisan kangkung dengan bumbu bawang goreng, pun menjadi teman menyantap nasi. Ditambah dengan nasi yang masih ngebul, waktu itu merupakan hal amat menggembirakan.

Bagaimana kehalalannya?

Dahulu ketika menyantap hidangan ikan kaleng, tidak pernah memikirkan apakah stutusnya halal atau haram? Ketika pengetahuan sudah terhimpun, sedikit demi sedikit mulai sadar, bahwa produk olahan pangan, karena sentuhan teknologi, status bisa menjadi syubhat. Termasuk tentunya ikan kaleng.

Ikan sebagai bagian dari hasil laut, jelas terang benderang status kehalalannya. Walaupun dalam bentuk bangkai sekalipun, tetap halal. Sama dengan bangkai belalang.

Namun yang bisa bermasalah adalah ketika ditambahkan bumbu-bumbu yang tidak jelas kehalalannya. Saus tomat adalah salah satu bumbu ikan kaleng. Namun, disamping itu, ada juga jenis bumbu lain, misalnya bumbu saus cabe, garam, atau minyak nabati. Biasanya di kemasan muncul selain nama dagang adalah nama produknya. Misalnya, Sardines in Tomato Sauce atau Chili Sauce , Mackarel in Tomato Sauce atau Chili Sauce atau jenis ikan lain seperti Tuna in Oil atau Tuna in Brine.

Untuk saus cabe, bahan-bahan yang perlu dikiritisi adalah pengunaan bumbu penyedap (flavor enhancer) seperti MSG atawa vetsin. MSG adalah produk fermentasi. Menurut standar MUI, untuk produk fermentasi, yang perlu diperhatikan adalah medianya. Salah satu yang mungkin digunakan sebagai bahan penolong adalah enzim yang berasal dari babi.

Untuk saus tomat, bahan yang perlu dikritisi adalah penambahan bahan pewarna Canthaxanthin. Bahan pewarna ini merupakan pewarna alami. Jenisnya termasuk kelompok pigmen karotenoid. Pertama kali, pigmen jenis ini diisolasi dari jamur, walaupun juga sebenarnya di temukan pada alga hijau, crustacean (udang, kepiting, dll), dan ikan tertentu. Kalau bahan baku berasal dari bahan seperti ini, kan seharusnya tidak menjadi masalah. Lantas, dimana letak permasalahannya?
Pewarna alami, selama penyimpanan cenderung tidak stabil. Supaya stabil, biasanya disalut atau dicoating dengan bahan tertentu. Penyalut yang paling riskan adalah gelatin. Karena 40 % gelatin dunia diproduksi dari kulit babi. Selain itu juga berasal dari kulit atau tulang sapi. Dari sapi pun harus dipastikan disembelih secara Islam. Tetapi dengan adanya kasus sapi gila, produsen di Eropa cenderung menggunakan gelatin babi atau gelatin yang berasal dari ikan.

Kalau tuna in brine adalah tuna yang dimasukkan ke dalam air garam, tidak ada titik kritis keharamannya, tetapi kalau tuna in oil atau tuna yang dimasukkan ke dalam minyak, harus diperhatikan sumber minyaknya (apakah nabati atau hewani) serta ada beberapa bahan lain yang juga perlu dikritisi kehalalannya.

Jadi daripada pusing-pusing, kalaupun anda ingin mengkosumsi ikan kaleng, pastikan ada logo MUI di kemasan kaleng. Selamat menikmati ikan kaleng halal.

Hendra Utama, Auditor LP POM MUI

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bread Improver dan Para Pemainnya

Sebelum tahun 1950, proses pembuatan adonan yang amat populer adalah menggunakan metode sourdough dan sponge and dough yang membutuhkan waktu 12-24 jam dalam proses fermentasi. Proses pembuatan roti di jaman moderen menuntut kecepatan karena waktu semakin berharga dan cakupan wilayah distribusi semakin luas, yang berarti kapasitas produksi semakin besar. Maka proses fermentasi semakin pendek bahkan ada istilah no time dough untuk menjelaskan singkatnya waktu fermentasi. Untuk itu diperlukan bahan yang membantu kinerja pengembangan roti agar maksimal dalam waktu fermentasi yang maksimal yang dikenal dengan nama bread improver. Ada dua alasan utama dalam mengaplikasikan bread improver dalam adonan yang menggunakan yeast, yaitu untuk mendukung kerja yeast dalam memproduksi gas (CO²) dalam masa fermentasi dan menjaga kestabilan kandungan gas di dalam adonan yang berperan juga dalam menentukan cita rasa, kestabilan volume dan shelf life adonan setelah dipanggang. Dalam Bread Improver ...

Resep Liang Teh & Cara Masaknya

  Bahan bahan liang teh bisa didapatkan di toko obat china yang menjual jamu2 tradisional, jika dijakarta bisa ditemukan didaerah glodok. Biasanya bahan bahan tersebut sudah dalam 1 paket.    Berikut bahan-bahannya untuk membuat Liang Teh : 1. Mesona Palustris (Cincau Hitam/Grass Jelly Drink) / sienchau (xiancao) Ekstrak daun cincau hitam memiliki kandungan senyawa antioksidan yang cukup tinggi yang berasal dari golongan flavonoid, polifenol, maupun saponin. Menurut penelitian (Nurdyansyah dan Widyansyah (2017) yaitu ekstrak daun cincau hitam memiliki nilai IC50 66,67 ppm serta total fenol sebesar 829,7 ppm. Nilai IC50 tersebut membuktikan bahwa tanaman cincau hitam berpotensi sebagai bahan pangan fungsional yang mampu sebagai antioksidasi dalam tubuh akibat paparan senyawa radikal bebas. Berdasarkan review yang berjudul Beneficial Effect of Mesona palustris BL: A Review on Human and Animal Intervention terbukti bahwa cincau hitam memiliki kandungan antioksidan. Selai...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR

  Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik terutama pada industri minuman. 1. Faktor Fisika  Faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kualitas air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Faktor-faktor fisika pada air meliputi:   A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkanoleh buangan industri.   B. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.   C. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersus...