Langsung ke konten utama

Inovasi Kemasan untuk Ready to Drink


FoodReview.biz - Minuman Siap Saji atau biasa disebut juga sebagai RTD (Ready To Drink) meliputi produk-produk minuman dalam kemasan berupa minuman isotonik, minuman energi, jus, air tawar, teh, kopi dan susu cair serta minuman berkarbonasi.

Teknologi pengisian produk RTD ini didominasi oleh teknologi aseptik, hot fill, UHT (Ultra High Temperature) dan HTST (High Temperature Short Time). Pemilihan teknologi mana yang digunakan akan berakibat ke sifat produk dalam hal rasa dan shelf life produk serta jenis dan tebal kemasannya.

Kemasan untuk produk minuman siap saji meliputi kaleng, botol kaca dan botol plastik serta cup. Inovasi dalam produk minuman siap saji didorong oleh semakin banyaknya konsumen yang menikmati minuman di luar ruangan atau dalam perjalanan. Mereka memerlukan minuman siap saji dalam ukuran satu porsi. Konsumen golongan ini memerlukan minuman yang dikemas dalam ukuran kecil (150 ml - 330 ml) dan sekali pakai, artinya tidak perlu kemasan yang dapat ditutup kembali.

Sebaliknya, cukup banyak pula konsumen yang menikmati minumannya sedikit demi sedikit, misalnya mereka yang sedang berolahraga, baik di lapangan terbuka maupun di gym. Untuk mengakomodasikan kebutuhan mereka, dibuatkan kemasan minuman siap saji berukuran sedang dan dapat ditutup kembali, yaitu botol plastik berukuran 500 ml sampai 650 ml.

Kondisi pasar saat ini dan keinginan konsumen

Untuk menjaring para konsumen tersebut, perusahaan minuman perlu memperhatikan brand image, dan hal ini selain mencakup kelihaian perusahaan untuk merebut hati konsumen yang menggunakan produk mereka, perusahaan minuman juga harus berjuang untuk mendapatkan tempat yang optimal di rak pasar swalayan dan toko-toko serta pedagang eceran.

Untuk itu mereka selain terus meningkatkan kemampuan teknis dalam melayani kebutuhan konsumen akan minuman siap saji yang sesuai kebutuhan konsumen dalam hal ukuran, fungsi, kesehatan dan keamanan pangan serta harga, produsen juga terus melakukan diferensiasi produk dalam hal desain kemasan, termasuk desain grafisnya. Shelf life produk juga tetap merupakan hal yang sangat penting karena pedagang tidak mau direpotkan dengan urusan pengembalian produk yang disebabkan oleh pendeknya masa kadaluarsa produk tersebut.

Inovasi terbanyak dalam kemasan produk RTD terutama dilakukan untuk kemasan botol plastik, terkait proses sterilisasi dan berat botol serta bentuknya. Jenis polimer yang digunakan didominasi oleh PET (polyethylene terephtalate). Sedangkan untuk botol kaca tidak banyak yang dilakukan sekarang ini.

Inovasi pada kemasan jenis cup terutama difokuskan pada teknologi dalam mencetak desain dan gambar pada cup (dengan teknik dry offset menggunakan tinta UV curing) dan untuk menurunkan biaya karena kemasan jenis ini ditujukan untuk kalangan menengah bawah.
Pada kemasan kaleng, inovasi lebih banyak pada bentuk kaleng dan diferensiasi produk.
Inovasi Dalam Kemasan Kaleng: Slim line cans (Kaleng langsing).

Kaleng slim line ditujukan pada konsumen usia muda yang trend conscious sehingga hal yang ingin dicapai adalah diferensiasi produk berupa bentuk yang lebih ramping dan desain grafis dan penampilan cetak yang lebih menonjol. Target pasar untuk penggunaan kaleng jenis ini terutama pada RTD kopi dan minuman berkarbonasi.

Minuman dalam cup

Minuman dalam cup meliputi air tawar dan minuman berflavor, yakni jus, kopi, kopi susu dan teh manis. Perkembangan industri minuman dalam kemasan cup memang sangat pesat. Karena investasi teknologi untuk memproduksi minuman cup relatif murah, minuman ini pada umumnya membidik pasar kelas bawah sehingga harga jual juga relatif murah dibandingkan kemasan jenis lain. Selama ini, satu-satunya standar mengenai minuman cup adalah standar air minum (dalam kemasan yang mengacu pada SNI 01-3553–1996.

Masalah terbesar yang perlu diperhatikan dalam produk minuman berflavour (biasa disebut minuman rasa) adalah shelf life dan keamanan pangan dari segi mikrobiologi.

Teknologi yang digunakan adalah hot filling dengan suhu 85 - 95°C. Untuk memastikan bahwa shelf life 6 - 9 bulan dapat tercapai, digunakan bahan pengawet seperti sodium benzoat, potasium sorbat dan pengawet lain yang diijinkan.
Inovasi yang diinginkan kosumen adalah inovasi dalam teknologi untuk memperpanjang shelf life dengan menggunakan bahan pengawet makanan yang sesedikit mungkin.

Minuman berkarbonasi

Minuman berkarbonasi untuk porsi tunggal (single portion) masih menggunakan kemasan kaleng 200 ml dan 330 ml. Sedangkan kemasan yang lebih besar (1,5 dan 2 liter) sudah tidak banyak yang menggunakan botol kaca lagi melainkan menggunakan botol PET (polyethylene terephthalate atau biasa disebut juga polyester).

Dibandingkan dengan botol kaca, botol PET jauh lebih ringan, lebih mudah dirancang menjadi berbagai bentuk dan tidak mudah pecah. Persoalan shelf life dan keamanan pangan serta teknologi daur ulang PET sudah berhasil diatasi sejak beberapa tahun lalu.

Inovasi saat ini ditujukan kepada teknologi untuk mengurangi penggunaan bahan PET (dalam gram per liter produk). Oleh karena penggunaan botol yang semakin tipis dapat mengakibatkan botol menjadi lemas, maka bentuk botol dirancang sedemikian rupa sehingga nyaman dipegang dan dibuat beberapa bentuk ‘tulang’ untuk untuk menambah kekokohan botol.

Teknologi botol PET

Botol PET banyak digunakan untuk air tawar (AMDK) ukuran 330 ml, 600 ml dan 1500 ml.
Karena botol untuk AMDK tidak mengalami proses sterilisasi panas, maka bahan yang digunakan adalah PET monolayer yang sederhana.

PET multilayer

Botol multilayer adalah botol yang menggunakan bahan beberapa lapis.

Fungsi salah satu lapisan adalah untuk meningkatkan sifat barrier bahan terhadap gas CO2, pada umumnya digunakan bahan polymer EVOH (ethylene vinyl alcohol) dan dapat pula dalam salah satu lapisan yang lain, ditambahkan suatu active oxygen scavenger untuk melindungi produk dari oksigen.

Teknologi ini melindungi kesegaran rasa dari produk dan memperpanjang shelf life produk.

PET monolayer

Perkembangan dalam teknologi botol monolayer adalah penambahan bahan aditif untuk meningkatkan transparansi dan gloss, sehingga semakin mirip dengan kaca, sekaligus meningkatkan perlindungan terhadap oksigen. Peningkatan oxygen barrier ini dilakukan dengan cara menambahkan bahan oxygen scavenger langsung ke bahan PET pada saat proses extrusion.

Bahan oxygen scavenger yang ditambahkan pada PET monolayer ini dapat memperpanjang shelf life produk seperti jus dan produk lain yang sensitif terhadap oksigen. Shelf life dapat mencapai 17 bulan tergantung dari bahan oxygen scavenger yang digunakan.
Keunggulan botol monolayer adalah dalam fleksibilitas design botol tanpa adanya resiko delaminasi (terlepasnya ikatan lapisan-lapisan bahan multi layer) yang dapat terjadi pada botol multilayer. Botol dapat didesign sedemikian rupa namun tetap memungkinkan untuk di sterilisasi bersama produknya.

Aseptic vs Hot Fill

Teknologi hot-fill

Ada beberapa kombinasi waktu dan suhu yang digunakan untuk sterilisasi minuman ringan berkadar asam tinggi, namun yang lazim dilakukan adalah pada 185 -190 ° F (85 - 90°C) selama 30 detik. Untuk proses hot filling, botol dan tutup botol dibersihkan cukup dengan hanya menyemprotnya dengan udara karena proses hot filling akan menjadikan wadahnya steril.

Sedangkan untuk proses cool filling setelah produk dipasteurisasi, lazimnya dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air panas. Air yang digunakan harus layak minum. Jika air yang digunakan tidak memenuhi syarat, bisa ditambahkan sedikit zat pembersih, misalnya kaporit (sodium hipoklorida), akan tetapi botol harus dikeringkan benar supaya sisa kaporit tidak mempengaruhi rasa.

Untuk proses hot fill, wadah, dalam hal ini botol PET, harus tahan terhadap suhu tersebut. Oleh karena itu tidak semua botol PET dapat digunakan untuk proses ini, karena botol tersebut dapat melengkung (collapse) jika mendapat perlakuan suhu tinggi.

Untuk mengatasi hal itu telah diproduksi botol PET tahan panas. Bagian leher adalah bagian yang paling kritis, sehingga dibuat lebih tebal dan diproses secara khusus. Bentuk dari botol PET untuk hot filling juga harus diatur sedemikian rupa dengan diberi “panel” tertentu sehingga keseluruhan botol dapat mengembang dengan baik sewaktu proses pemanasan dan menciut kembali dengan sempurna sewaktu proses pendinginan. Dengan demikian, botol PET untuk hot filling lebih rumit untuk diproduksi, lebih tebal dan lebih mahal dibandingkan dengan botol PET untuk produk yang disterilisasi dengan cara pasteurisasi.
Tantangannya adalah membuat desain botol PET yang lebih ringan tanpa mengurangi daya kerjanya.

Walaupun sekarang ini sudah ada teknologi untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas, tetap saja ada keterbatasan dalam aplikasi sistem hot filling ini yaitu tidak semua minuman dapat diproses secara hot filling, contohnya minuman dengan tingkat keasaman yang rendah.

Selain itu formulasi produk juga harus memperhitungkan kerusakan beberapa zat makanan jika diproses dengan suhu tinggi, misalnya vitamin-vitamin dan aroma tertentu. Walaupun demikian, teknologi hot fill lebih sederhana daripada sistem aseptik dan biaya investasi awal juga lebih rendah.

Teknologi aseptik

Teknologi ini adalah teknologi yang paling maju dalam pengisian produk minuman ringan dalam botol PET.

Rangkaian peralatan untuk mengisi minuman ringan ke dalam botol PET dengan teknologi aseptik pada prinsipnya terdiri atas:

Suatu sistem untuk sterilisasi wadah
Suatu sistem untuk sterilisasi tutup botol
Suatu mesin pengisi yang mampu mengisi wadah dan menutupnya dalam kondisi aseptik
Suatu sistem pengendalian kontaminasi lingkungan
Rangkaian sistem proses yang memasok sistem di atas dengan fluida yang diperlukan (nitrogen, udara, air) pada kondisi optimum.

Teknologi aseptik saat ini sudah tidak memerlukan penggunan clean room sehingga prosedur proses pengisian menjadi lebih sederhana. Walaupun investasi yang diperlukan lebih tinggi daripada teknologi hot filling, dengan menggunakan teknologi aseptik produsen dapat memakai botol PET yang lebih tipis dan lebih sederhana daripada botol PET untuk hot filling. Hal ini sangat menguntungkan dari sisi biaya botolnya.

Tuntutan terhadap isu ‘ramah lingkungan’

Wadah PET dapat didaur-ulang dengan baik menjadi serat polyester. Aplikasi dari serat PET meliputi serat untuk bahan T shirt, jaket, dan produk dari serat lainnya . Bahkan jika memenuhi syarat tertentu, wadah PET bekas dapat diproses menjadi biji plastik yang dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan botol PET untuk wadah minuman kembali.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah labelnya: semakin banyak perusahaan yang mengganti label berbahan PVC shrink 35 mikron menjadi label OPP 30 (mikron) dan OPP20/VMOPP 20 yang lebih ramah lingkungan.

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bread Improver dan Para Pemainnya

Sebelum tahun 1950, proses pembuatan adonan yang amat populer adalah menggunakan metode sourdough dan sponge and dough yang membutuhkan waktu 12-24 jam dalam proses fermentasi. Proses pembuatan roti di jaman moderen menuntut kecepatan karena waktu semakin berharga dan cakupan wilayah distribusi semakin luas, yang berarti kapasitas produksi semakin besar. Maka proses fermentasi semakin pendek bahkan ada istilah no time dough untuk menjelaskan singkatnya waktu fermentasi. Untuk itu diperlukan bahan yang membantu kinerja pengembangan roti agar maksimal dalam waktu fermentasi yang maksimal yang dikenal dengan nama bread improver. Ada dua alasan utama dalam mengaplikasikan bread improver dalam adonan yang menggunakan yeast, yaitu untuk mendukung kerja yeast dalam memproduksi gas (CO²) dalam masa fermentasi dan menjaga kestabilan kandungan gas di dalam adonan yang berperan juga dalam menentukan cita rasa, kestabilan volume dan shelf life adonan setelah dipanggang. Dalam Bread Improver

Resep Liang Teh & Cara Masaknya

  Bahan bahan liang teh bisa didapatkan di toko obat china yang menjual jamu2 tradisional, jika dijakarta bisa ditemukan didaerah glodok. Biasanya bahan bahan tersebut sudah dalam 1 paket.    Berikut bahan-bahannya untuk membuat Liang Teh : 1. Mesona Palustris (Cincau Hitam/Grass Jelly Drink) / sienchau (xiancao) Ekstrak daun cincau hitam memiliki kandungan senyawa antioksidan yang cukup tinggi yang berasal dari golongan flavonoid, polifenol, maupun saponin. Menurut penelitian (Nurdyansyah dan Widyansyah (2017) yaitu ekstrak daun cincau hitam memiliki nilai IC50 66,67 ppm serta total fenol sebesar 829,7 ppm. Nilai IC50 tersebut membuktikan bahwa tanaman cincau hitam berpotensi sebagai bahan pangan fungsional yang mampu sebagai antioksidasi dalam tubuh akibat paparan senyawa radikal bebas. Berdasarkan review yang berjudul Beneficial Effect of Mesona palustris BL: A Review on Human and Animal Intervention terbukti bahwa cincau hitam memiliki kandungan antioksidan. Selain itu, pangan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR

  Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik terutama pada industri minuman. 1. Faktor Fisika  Faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kualitas air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Faktor-faktor fisika pada air meliputi:   A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkanoleh buangan industri.   B. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.   C. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan