Langsung ke konten utama

Theaflavin, Polifenol Teh Hitam yang Diunggulkan


rumahteh.com- Meski tidak sepopuler "nenek moyangnya" (katekin), theaflavin yang terdapat dalam teh hitam sudah banyak dipelajari oleh sejumlah peneliti. Beberapa hasil riset menyatakan bahwa aktivitas antioksidan theaflavin setara bahkan tidak sedikit yang menyatakan bahwa theaflavin lebih potensial daripada katekin. Hasil-hasil penelitan tersebut tidaklah mengerankan mengingat secara struktur theaflavin lebih menjanjikan dari pada katekin. Hal ini bisa dilihat dari seberapa banyak gugus hidroksi (OH) yang dimilikinya. Gugus hidroksi ini dapat berfungsi sebagai antiradikal bebas atau antioksidan. Semakin banyak gugus hidroksi suatu senyawa, maka kemampuannya sebagai senyawa antioksidan semakin baik.

Struktur Theaflavin

Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu teh hitam (fermentasi), Oolong Tea dan Pouchong Tea (semi fermentasi) serta teh hijau (tanpa fermentasi). Istilah fermentasi sendiri merupakan istilah yang kurang tepat. Untuk itu, mulai saat ini dan seterusnya penulis akan memakai istilah OKSIMATIS (kependekan dari oksidasi ensimatis) sebagai pengganti istilah fermentasi diatas.

Konsekuensi logis dari perbedaan proses tersebut, menyebabkan lahirnya perbedaan produk teh baik secara fisik maupun kimia. Secara kimia, perbedaan yang paling menonjol adalah perbedaan kandungan komposisi senyawa polifenol. Pada proses pengolahan teh hitam, teh oolong dan teh pouchong; sebagian katekin berubah menjadi theaflavin, thearubigin, dan theanapthoquinone. Dalam seduhan teh hitam, theaflavin memberikan warna merah kekuningan, sementara itu thearubigin dan theanapthoquinone masing-masing memberi warna merah kecoklatan dan kuning pekat. Untuk hal rasa, bersama-sama kafein, theaflavin memberikan rasa segar. Sedangkan dua senyawa terakhir jarang sekali namanya disebut-sebut.

Berdasarkan strukturnya secara umum theaflavin terdiri atas empat senyawa utama masing-masing berupa theaflavin (TF1), theaflavin-3-gallate (TF2A), theaflavin-3'-gallate (TF2B) dan theaflavin-3,3'-digallate (TF3). Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kini analog-analog dari theaflavin sudah banyak ditemukan. Sebagai contoh, epicatechin gallate (ECG) dioksidasi secara kimiawi menggunakan Kalium Ferricyanide menghasilkan analog baru dari theaflavin yang sementara ini dinyatakan sebagai theaflavate A. Disamping itu, theaflavate B, isotheaflavin-3'-o-gallate dan neotheaflavin-3-o-gallate juga merupakan turunan-turunan baru yang ditemukan dalam teh hitam. Semua analog tersebut mengandung benzotropolone. Dengan bertambahnya analog tersebut, sampai sekarang setidaknya sudah terdapat 12 senyawa turunan dari theaflavin ini. Kandungan theaflavin dalam teh hitam berkisar antara 1-2% berat kering.

Theaflavin Sebagai Antioksidan

Secara sederhana antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat dibagi menjadi antioksidan alami dan sintetis.

Theaflavin merupakan antioksidan alami yang sangat potensial. Kemampuannya sebagai penangkap radikal bebas sudah tidak dapat dipungkiri lagi kesahihannya. Efektivitas theaflavin meningkat melalui proses esterifikasi dengan gallate dan ester digallate.

Theaflavin mempunyai tetapan laju penangkapan radikal superoksida lebih tinggi dibandingkan dengan dengan EGCG (Epigallocatechin gallate) yang selama ini seakan dianggap sebagai rajanya polifenol teh. Tetapan laju theaflavin adalah 1 x 107/MS sedangkan tetapan laju EGCG adalah 1 x 105/MS. Theaflavin juga mampu mencegah terjadinya oksidasi lipid atau memotong reaksi berantai oksidasi lipid lebih efektif dari pada EGCG. Disamping itu, theaflavin dapat meningkatkan antioksidan alami yang terdapat dalam tubuh seperti glutathione-S-transferase (GST), glutanthione peroxydase (GPX), dismutase superoksida (SOD) dan catalase (CAT) yang yang disertai dengan menurunnya tingkat oksidasi lipid.

Publikasi lain menytakan bahwa aktivitas antioksidan theaflavin adalah lebih kuat daripada N-tocopherol (vitamin E) dan propil gallate (PG) di dalam sistim eritrosit kelinci. Lebih lanjut publikasi tersebut menerangkan bahwa aktivitas theaflavins lebih efektif dibanding glutation (GSH), L(+)-ascorbic Acid (AsA), dl-N-tocopherol, butyl hydroxytoluena (BHT), dan butyl hydroxyanisole (BHA) pada percobaan peroksidasi hati tikus yang diinduksi oleh tert-butyl hydroperoxyde (BHP).

Kemampuan theaflavin sebagai antioksidan ternyata tidak cukup sampai disitu. Aktivitasnya sebagai antioksidan dalam menghambat oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein) pun ternyata menunjukkan hal yang menakjubkan. Wang and Li dalam reviewnya yang berjudul Research progress on property and application of theaflavin yang dimuat dalam African Journal of Biotech, 2006 menyatakan bahwa kemampuan penghambatan oksidasi LDL dari TF3 > EGCG > EGC > Asam Galik. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dikemukakan oleh Sun et al. dalam sebuah makalah berjudul Green tea, black tea and colorectal cancer risk: a meta analysis of epidemiologic studies yang diterbitkan oleh salah satu jurnal papan atas dunia, Carcinogenesis pada tahun 2006 lalu. Dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa TF3 > ECG > EGCG > TF2B > TF2A > TF1 EC > EGC dalam menghambat terjadinya okidasi LDL pada manusia.

Mengingat theaflavin merupakan senyawa kimia yang sangat potensial, sejumlah perusahaan teh dunia telah mulai menjadikan theaflavin sebagai salah satu produk andalannya serta telah mempatenkannya. Salah satu paten terkini yang berisi proses pembuatan theaflavin adalah US Patent No. 7,157,493 B2 yang diterbitkan oleh USPTO pada tanggal 2 Januari 2007.

Tulisan ini tentunya tidak mungkin cukup untuk mengisert semua kehebatan theaflavin. Setidaknya data-data hasil penelitian yang tertera diatas dipandang cukup untuk menambah keyakinan kita akan manfaat yang diterbitkan oleh theaflavin dan teh hitam. Pandangan masyarakat yang menilai theaflavin dan teh hitam sebagai minuman inferior harus mulai diluruskan. Kenyataan yang menerangkan bahwa theaflavin merupakan polifenol teh hitam yang patut diunggulkan bukan sekedar isapan jempol belaka.

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bread Improver dan Para Pemainnya

Sebelum tahun 1950, proses pembuatan adonan yang amat populer adalah menggunakan metode sourdough dan sponge and dough yang membutuhkan waktu 12-24 jam dalam proses fermentasi. Proses pembuatan roti di jaman moderen menuntut kecepatan karena waktu semakin berharga dan cakupan wilayah distribusi semakin luas, yang berarti kapasitas produksi semakin besar. Maka proses fermentasi semakin pendek bahkan ada istilah no time dough untuk menjelaskan singkatnya waktu fermentasi. Untuk itu diperlukan bahan yang membantu kinerja pengembangan roti agar maksimal dalam waktu fermentasi yang maksimal yang dikenal dengan nama bread improver. Ada dua alasan utama dalam mengaplikasikan bread improver dalam adonan yang menggunakan yeast, yaitu untuk mendukung kerja yeast dalam memproduksi gas (CO²) dalam masa fermentasi dan menjaga kestabilan kandungan gas di dalam adonan yang berperan juga dalam menentukan cita rasa, kestabilan volume dan shelf life adonan setelah dipanggang. Dalam Bread Improver

Resep Liang Teh & Cara Masaknya

  Bahan bahan liang teh bisa didapatkan di toko obat china yang menjual jamu2 tradisional, jika dijakarta bisa ditemukan didaerah glodok. Biasanya bahan bahan tersebut sudah dalam 1 paket.    Berikut bahan-bahannya untuk membuat Liang Teh : 1. Mesona Palustris (Cincau Hitam/Grass Jelly Drink) / sienchau (xiancao) Ekstrak daun cincau hitam memiliki kandungan senyawa antioksidan yang cukup tinggi yang berasal dari golongan flavonoid, polifenol, maupun saponin. Menurut penelitian (Nurdyansyah dan Widyansyah (2017) yaitu ekstrak daun cincau hitam memiliki nilai IC50 66,67 ppm serta total fenol sebesar 829,7 ppm. Nilai IC50 tersebut membuktikan bahwa tanaman cincau hitam berpotensi sebagai bahan pangan fungsional yang mampu sebagai antioksidasi dalam tubuh akibat paparan senyawa radikal bebas. Berdasarkan review yang berjudul Beneficial Effect of Mesona palustris BL: A Review on Human and Animal Intervention terbukti bahwa cincau hitam memiliki kandungan antioksidan. Selain itu, pangan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR

  Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik terutama pada industri minuman. 1. Faktor Fisika  Faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kualitas air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Faktor-faktor fisika pada air meliputi:   A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkanoleh buangan industri.   B. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.   C. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan