Langsung ke konten utama

Aplikasi Seasoning untuk Produk Makanan Ringan


Foodreview.biz, Pemilihan metode aplikasi yang tepat akan memastikan bahwa flavor yang mudah menguap akan menempel dengan merata dan konsisten sehingga diperoleh rasa dan penampilan produk yang bagus.

Tingkat penerimaan konsumen terhadap produk makanan ringan (snack) yang didasarkan indera pengecapan dan penglihatan adalah sebuah pengalaman organoleptik. Sehingga metode yang tepat untuk seasoning (bumbu) makanan ringan akan sangat menentukan, terutama karena bumbu ini adalah pembawa flavor utama. Sistem aplikasi bumbu otomatis yang tepat dapat memastikan bahwa flavor, baik yang free flowing, spray dried maupun ter-enkapsulasi akan tersebar dengan merata. Diperlukan penanganan khusus untuk memastikan flavor yang mudah menguap tidak hilang, karena makanan ringan masih dalam keadaan panas sewaktu diberi bumbu.

Beberapa tipe aplikasi bumbu

Pemberian bumbu pada makanan ringan disebut sukses jika lapisan bumbu tersebar secara seragam dan konsisten ke semua sisi bahan makanan tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa produk akan terlihat dan memiliki rasa sama di setiap bagiannya.

Berikut beberapa tipe aplikasi bumbu yang bisa digunakan.

a. Tipe “Conveyor-dispenser”

Kebanyakan metode dasar yang dipakai saat ini adalah sistem berbasis conveyor. Ingridien yang sering digunakan adalah garam.
Bila tanpa pembalikan produk, maka hanya satu sisi produk yang akan terlapisi. Sistem ini seringkali dilengkapi dengan sistem pengatur kecepatan motor untuk mengontrol laju pelapisan bumbu.

b. Tipe “Tumble-drum.

Sebuah metode yang lebih canggih adalah penggunaan “tumble drum” dan dispenser bumbu. Tujuannya adalah untuk menciptakan aksi berguling dengan sistem memutar tumpukan bahan (rolling the bed). Bumbu akan diaplikasikan secara seragam pada waktu dan laju jumlah tertentu. Bahan akan berjalan maju melalui drum bumbu yang bersudut dan dipasang dengan kemiringan tertentu dari bahan masuk hingga menuju keluaran. Waktu sentuh bahan atau “dwell time” tergantung kepada desain drum, laju putar dan sudut kemiringannya. Ada salah satu produsen yang menawarkan sistem aplikasi bumbu yang memadukan drum bumbu yang bisa dipindahkan dan sebuah conveyor dengan gerakan horizontal dalam satu mesin. Gerakan maju dari conveyor mendorong bahan melalui drum berputar di mana bumbu akan menempel dan menghilangkan kebutuhan akan kemiringan drum. “Dwell time” dapat dimanipulasi dengan kecepatan conveyor.

Metode aplikasi

Aplikasi bumbu yang paling banyak digunakan adalah bumbu bubuk kering melalui “tumbling drum” yang dilengkapi flight dan dijalankan dengan sudut kemiringan tertentu.

a. Dry (single-stage) seasoning

Metode aplikasi ini hanya cocok untuk bumbu bubuk kering dan hanya bila adanya permukaan basah yang cukup (contohnya dengan minyak goreng) untuk memastikan daya lekat (adherence) dari partikel bumbu.

Beberapa contoh dari bahan pangan dengan permukaan minyak yang cukup adalah keripik kentang dan keripik jagung.

Bumbu-bumbu biasanya disebar dari tabung penampung (hopper) ke dalam “tumble drum” dengan alat batang berulir “auger”, spiral terbuka atau plate penggetar (vibratory) atau sebuah conveyor gerak-horizontal. Salah satu dari tujuannya adalah untuk mendapatkan permukaan seluas mungkin. Cara tradisional menggunakan single drop point dari sebuah ujung terbuka keluaran silinder auger. Desain yang lebih baru yang disebut silinder “Picollo” mempunyai fitur titik jatuh ganda (multiple drop) di sepanjang pipa distribusi.

Model penguat elektrostatis bekerja dengan memberi muatan listrik terhadap partikel untuk meningkatkan daya lekatnya (adherence) terhadap permukaan bahan makanan ringan tersebut.

Tergantung pada desain sistem, partikel halus bisa menjadi kerugian yang utama. Sementara itu desain yang paling mutakhir ditujukan untuk menciptakan suatu tirai partikel bumbu, guna meningkatkan derajat sentuhan bumbu terhadap bahan pangan sebelum keluar dari sistem.

Pengembangan yang lebih jauh adalah pengaplikasian kontrol laju yang dikenal sebagai sistem pengurangan berat (lossing weight system), di mana tujuannya adalah menyesuaikan masukan bumbu berdasarkan laju bahan pangan untuk menghindari bumbu yang terbuang. Sistem yang lebih awal didasarkan pada penempatan bahan masuk pada timbangan (load cell). Desain yang lebih baru menggunakan kombinasi antara sensor cahaya dan ultrasonik. Sinyal-sinyal dari alat pengukur dibandingkan dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan dan secara otomatis akan menyesuaikan laju penambahan bumbu untuk memperoleh fluktuasi laju bahan pangan, sehingga tercapai target rasio bumbu (seasoning ratio) yang dinginkan.

Laju aplikasi kering atau seasoning ratio adalah antara 6-8% dari berat bahan pangan atau dinyatakan dalam persentase kandungan garam.

b. Wet & dry (two stage seasoning)

Metode ini khusus digunakan pada kasus di mana tidak cukup permukaan basah pada bahan makanan untuk memastikan bumbu menempel dengan baik. Seperti pada bahan produk keripik tortilla, snack esktrusi yang digoreng dan dipanggang, kacang-kacang dan “popcorn” dan “pretzel”.

Suatu cairan, biasanya minyak sayur, digunakan pada saat bahan pangan masuk ke dalam “tumble drum”, yang bertindak sebagai perekat untuk bubuk bumbu kering. Sama seperti pada kasus bumbu kering, tujuannya adalah untuk memperoleh penyebaran seluas-luasnya untuk minyak dan bubuk bumbu. Pengaplikasian minyak sering didapati menggunakan saluran penyuplai untuk nosel penyemprot (spray nozzle). Pengaturan pola penyemprotan yang konsisten bisa diperoleh dengan beberapa cara, akan tetapi cara yang paling mutakhir menggunakan beberapa buah nozzle penyemprot dimana masing-masing memiliki suplai udara tersendiri. Zona liquid dan kering secara khusus dipisahkan di dalam “tumbling drum”, memungkinkan pengendalian dan penyetelan yang lengkap dan mencegah kontaminasi. Untuk aplikasi tertentu diharuskan memasang dua tahap proses ini dan dilakukan dalam dua “tumble drum” yang terpisah secara berurutan.

Laju aplikasi basah pada pembumbuan dua tahap adalah minyak 3-10% dan bumbu bubuk kering 6-8%.

c. Slurry seasoning

Metode aplikasi ini di desain untuk bahan-bahan dengan permukaan yang sangat kering. Seperti snack ekstrusi yang dipanggang, “popcorn” dan “pretzel”.
Metode ini menggunakan campuran liquid dan zat padatan yang tidak larut. Nozzle dalam sistem campuran ini secara khusus mempunyai suplai udara tekanan rendah untuk memastikan keseragaman dan dispersi bahan campuran ini. Akan tetapi kebuntuan dapat saja terjadi tergantung kepada sifat zat padatan yang digunakan, terutama jika partikel-partikel yang disemprotkan memiliki ukuran ketidakseragaman bentuk atau jika bahan campuran ini mengalami perubahan kekentalan (viskositas) seiring dengan kosongnya tangki penyimpan.

Menjadi sangat penting untuk menjaga zat padatan tidak terlarut ini dalam kondisis tersuspensi, sehingga desain dari tangki dan posisi pengaduk juga sangat menentukan. Nozzle yang buntu akibat penurunan tekanan dari saluran suplai udara akan mempengaruhi pola penyemprotan pada nozzle lainnya. Nozzle dengan fitur “self cleaning” secara berkala adalah desain yang lebih bagus untuk mengatasi masalah ini.
Dalam kasus bumbu campuran (slurry), bumbu ditambahkan pada minyak di level 40 – 60% dan dijaga dengan pengadukan untuk mencegah pengendapan. Dan pengaplikasian pada bahan snack dengan level 10-20 %.

Desain sistem

Desain dari sistem pembumbuan, lebih khusus untuk “tumble drum” adalah sangat kritis. Pola penempatan “flight”, jumlah dari “flight”, diameter drum, kecepatan putaran, sudut kemiringan dan waktu tinggal atau “dwell time” didesain untuk bahan atau produk yang khusus dan laju keluaran tertentu. Drum biasanya dibuat dari bahan stainless steel dengan finishing permukaan yang licin untuk mengurangi risiko penumpukan bahan bumbu. Desain drum parameter pengoperasian yang tepat juga akan memastikan tidak adanya produk/bahan pangan yang hancur sehingga akan diperoleh penampakan produk yang sempurna.

Oleh Jeff Rossouw, Afrika Selatan yang dimuat di majalah

Asiafood Journal, Oktober 2007

Diterjemahkan M. Ari Wibowo, Marketing Manager
PT PATIHRAYANIAGA,
praktisi permesinan proses pangan.

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bread Improver dan Para Pemainnya

Sebelum tahun 1950, proses pembuatan adonan yang amat populer adalah menggunakan metode sourdough dan sponge and dough yang membutuhkan waktu 12-24 jam dalam proses fermentasi. Proses pembuatan roti di jaman moderen menuntut kecepatan karena waktu semakin berharga dan cakupan wilayah distribusi semakin luas, yang berarti kapasitas produksi semakin besar. Maka proses fermentasi semakin pendek bahkan ada istilah no time dough untuk menjelaskan singkatnya waktu fermentasi. Untuk itu diperlukan bahan yang membantu kinerja pengembangan roti agar maksimal dalam waktu fermentasi yang maksimal yang dikenal dengan nama bread improver. Ada dua alasan utama dalam mengaplikasikan bread improver dalam adonan yang menggunakan yeast, yaitu untuk mendukung kerja yeast dalam memproduksi gas (CO²) dalam masa fermentasi dan menjaga kestabilan kandungan gas di dalam adonan yang berperan juga dalam menentukan cita rasa, kestabilan volume dan shelf life adonan setelah dipanggang. Dalam Bread Improver

Resep Liang Teh & Cara Masaknya

  Bahan bahan liang teh bisa didapatkan di toko obat china yang menjual jamu2 tradisional, jika dijakarta bisa ditemukan didaerah glodok. Biasanya bahan bahan tersebut sudah dalam 1 paket.    Berikut bahan-bahannya untuk membuat Liang Teh : 1. Mesona Palustris (Cincau Hitam/Grass Jelly Drink) / sienchau (xiancao) Ekstrak daun cincau hitam memiliki kandungan senyawa antioksidan yang cukup tinggi yang berasal dari golongan flavonoid, polifenol, maupun saponin. Menurut penelitian (Nurdyansyah dan Widyansyah (2017) yaitu ekstrak daun cincau hitam memiliki nilai IC50 66,67 ppm serta total fenol sebesar 829,7 ppm. Nilai IC50 tersebut membuktikan bahwa tanaman cincau hitam berpotensi sebagai bahan pangan fungsional yang mampu sebagai antioksidasi dalam tubuh akibat paparan senyawa radikal bebas. Berdasarkan review yang berjudul Beneficial Effect of Mesona palustris BL: A Review on Human and Animal Intervention terbukti bahwa cincau hitam memiliki kandungan antioksidan. Selain itu, pangan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR

  Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik terutama pada industri minuman. 1. Faktor Fisika  Faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kualitas air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Faktor-faktor fisika pada air meliputi:   A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkanoleh buangan industri.   B. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.   C. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan