Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran makanan yang
ditambahkan kedalam bahan pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan. BTP atau Food Additive juga dapat diartikan sebagai bahan yang
ditambahkan saat pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu.
Adapun tujuan dari penambahan BTP secara umum adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan nilai gizi makanan
- Memperbaiki nilai estetika dan sensori makanan
- Memperpanjang umur simpan makanan2
Penggolongan BTP yang diijinkan digunakan dalam pangan Menurut
Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut :
- Pewarna
- Pemanis buatan
- Pengawet
- Antioksida
- Antikempal
- Penyedap Rasa dan Aroma
- Pengatur Keasaman
- Pemutih dan Pematang Tepung
- Pengemulsi
- Pengeras
- Sekuestran
Pewarna
Pewarna merupakan bahan tambahan pangan pangan yang berfungsi untuk
memberi warna pada bahan pangan. Beberapa pewarna alami yang diijinkan
dalam pangan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No
772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya adalah :
- Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan
untuk mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300
mg/kg) dan yogurt beraroma (150 mg/kg)
- Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah orange yang dapat
digunakan untuk mewarnai es krim (100 mg/kg), keju (600 mg/kg)
- Kurkumin, yaitu pewarna alami yang berwarna kuning-orange yang dapat digunakan untuk mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg)
Ada beberapa pewarna terlarang yang tidak boleh digunakan untuk bahan pangan adalah :
- Metanil Yellow (kuning metanil)
- Rhodamin B (berwarna merah)
Kedua pewarna ini dilarang digunakan dalam bahan pangan walaupun jumlahnya sedikit, karena dapat menyebabkan kanker.
Pemanis buatan
Zat pemanis buatan adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau
dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut,
sedang kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula.
Pemanis buatan yang sering digunakan dalam bahan pangan adalah
siklamat dan sakarin yang mempunyai tingkat kemanisan masing-masing
30-80 dan 300 kali gula alami. Menurut menteri Kesehatan No
722/Menkes/RI/Per/IX/88, sebenarnya siklamat hanya boleh digunakan dalam
pangan khusus untuk penderita diabetes yang sedang menjalani diet
kalori.
Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 300 mg – 3 gram/kg bahan,
sedangkan batas maksimum penggunaan sakarin adalah 50-300 mg/kg bahan.
Keduanya hanya boleh digunakan untuk pangan rendah kalori, dan dibatasi
tingkat konsumsinya sebesar 0.5 mg/kg berat badan perhari.
Pengawet
Pengawet biasanya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai
sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat proses fermentasi,
pengasaman atau peruraian dari mikroba.
Pengawet yang diijinkan dalam pangan :
No |
Nama Pengawet |
Penggunaan dalam Pangan |
Ukuran Maksimum yang diijinkan |
1 |
Benzoat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium benzoat) |
Untuk mengawetkan minuman ringan dan kecap |
600 gr/kg |
Sari buah, saus tomat, saus sambal, manisan, jem dan jelly |
1 gr/kg |
2 |
Propionat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium propionat) |
Keju olahan |
3 gr/kg |
3 |
Nitrit dan Nitrat |
Untuk mengawetkan daging olahan atau yang diawetkan seperti sosis |
125 mg nirit/kg atau 500 mg nitrat/kg |
4 |
Sorbat |
Untuk mengawetkan margarin |
1 gr/kg |
5 |
Sulfit |
Pekatan sari nenas |
500 kg/kg |
Menurut menteri Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88 pengawet yang
dilarang adalah Formalin dan Boraks. Formalin sebenarnya merupakan
pengawet yang digunakan untuk mengawetkan mayat dan organ tubuh yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penyedap Rasa
Salah satu penyedap rasa yang sangat terkenal luas di Indonesia
adalah vetsin atau bumbu masak, yang terdapat dengan berbagai merk
dipasaran. Penyedap rasa tersebut mengandung senyawa yang disebut
Monosodium Glutamat (MSG). Dalam peraturan menteri Kesehatan No
722/Menkes/RI/Per/IX/88 penggunaan MSG dibatasi secukupnya, artinya
tidak boleh berlebih.
Pengemulsi, Pemantap dan Pengental
Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan pengental adalah untuk
memantapkan emulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil,
tidak meleleh, tidak terpisah antara bagian lemak dan air, serta
memiliki tekstur yang kompak.
No |
Nama Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental |
Penggunaan Dalam Pangan |
Ukuran Maksimum yang diijinkan |
1 |
Agar |
Sardine dan sejenisnya |
2 gram/kg |
Es krim, es puter dan sejenisnya |
10 gram/kg |
Keju |
8 gram/kg |
Yogurt |
5 gram/kg |
2 |
Dekstrin |
Es Krim |
30gr/kg |
Keju |
10gr/kg |
Kaldu |
secukupnya |
3 |
Gelatin |
Keju |
10 gr/kg |
Yogurt |
5 gr/kg |
4 |
Gom |
Es Krim |
10 gr/kg |
Keju |
8 gr/kg |
Saus Selada |
7.5 gr/kg |
Yogurt |
5 gr/kg |
5 |
Karagen |
Sardine |
20 gr/kg |
Es Krim |
10 gr/kg |
Yogurt |
5 gr/kg |
6 |
Lecitin |
Minuman hasil olahan susu, roti, dan margarine |
Secukupnya |
7 |
Karboksimetil selulosa (CMC) |
Sardine |
20 gr/kg |
Es Krim |
10 gr/kg |
Keju |
5 gr/kg |
8 |
Pektin |
Es Krim |
30 gr/kg |
Yogurt dan sayuran kaleng yang mengandung mentega |
10 gr/kg |
Antioksidan
Antioksidan merupakan BTP yang digunakan untuk mencegah terjadinya
ketengikan pada pangan akibat terjadinya proses oksidasi lemak atau
minyak yang terdapat dalam bahan pangan.
Bahan Antioksidan yang Diijinkan Dalam Pangan
No |
Nama Antioksidan |
Penggunaan Dalam Pangan |
Ukuran Maksimum yang diijinkan |
1 |
Askorbat |
Kaldu |
1 gr/kg |
Daging Olahan, Jam, Jelly |
500 mg/kg |
Ikan Beku |
400 mg/kg |
2 |
Butil Hidroksianisol (BHA) |
Lemak dan minyak makan serta mentega |
200 mg/kg |
Margarin |
100 mg/kg |
3 |
Butil Hidroksitoluen |
Ikan Beku |
1 gr |
Minyak, Mentega, Margarine |
200 mg/kg |
4 |
Propil Galat |
Lemak, minyak makan, margarine, dan mentega |
100 mg/kg |
5 |
Tokoferol |
Pangan Bayi |
300 mg/kg |
Pengatur Keasaman
Pengatur keasaman yang diijinkan menurut menteri Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88 adalah sebagai berikut :
No |
Nama Pengatur Keasaman |
Penggunaan Dalam Pangan |
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan |
1 |
Aluminium, ammonium/kalium/natrium |
Soda kue |
Secukupnya |
2 |
Asam Laktat |
Pangan Pelengkap Serelia |
15 gr/kg |
Pangan Bayi Kaleng |
2 gr/kg |
3 |
Asam Sitrat |
Coklat dan coklat bubuk |
5 gr/kg |
4 |
Kalium dan Natrium Bikarbonat |
Mentega |
2 gr/kg |
Jam/Jelly, Soda Kue, dan Pangan Bayi |
Secukupnya |
Anti kempal atau antikerak
Bahan anti kerak dan antikempal yang diijinkan adalah :
No |
Nama Bahan Antikempal |
Penggunaan Dalam Pangan |
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan |
1 |
Alumunium Siklat |
susu dan Krim Bubuk |
1 gr/kg |
2 |
Kalsium Alumunium Silikat |
Serbuk Garam dengan Rempah dan Merica |
20 gr/kg |
Gula Bubuk |
15 gr/kg |
Garam Meja |
10 gr/kg |
3 |
Magnesium Karbonat |
Sama seperti Kalsium Silikat |
|
4 |
Magnesium Oksida dan Magnesium Silikat |
Sama seperti Alumunium Silikat |
|
Pemutih, pemucat atau pematang tepung
Pemutih, pemucat atau pematang tepung yang diijinkan menurut menteri
Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88 adalah sebagai berikut :
No |
Nama |
Penggunaan Dalam Pangan |
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan |
1 |
Asam Askorbat |
Tepung |
200 mg/kg |
2 |
Natrium Steroi-2-laktat |
Adonan kue |
5 mg/kg |
Roti dan sejenisnya |
3.75 gr/kg tepung |
Wafer dan tepung campuran |
3 gr/kg bahan kering |
Pengeras
No |
Nama Bahan Pengeras |
Penggunaan Dalam Pangan |
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan |
1 |
Kalsium Glukonat |
Untuk mengeraskan buah-buahan dan sayuran dalam kaleng |
800 mg/kg |
Jam dan Jelly |
250 mg/kg |
2 |
Kalsium Klorida |
Sama dengan Kalsium Glukonat |
|
3 |
Kalsium Sulfat |
Apel dan Sayuran kaleng |
260 mg/kg |
Sekuestran
Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada pangan
sehingga memantapkan warna dan tekstur pangan atau mencegah perubahan
warna pangan. Beberapa sekuesteran yang diijinkan untukpangan dapat
dilihat dibawah ini :
No |
Nama Bahan Sekuestran |
Penggunaan Dalam Pangan |
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan |
1 |
Asam Fosfat |
Produk Kepiting Kalengan |
5 gr/kg |
Lemak dan Minyak Makan |
100 mg/kg |
2 |
Isopropil Sitrat |
Lemak dan Minyak Makan, serta Margarine |
100 mg/kg |
3 |
Etilen Diamin Tetra (EDTA) |
Udang Kaleng |
150 mg/kg |
Jamur Kaleng |
200 mg/kg |
4 |
Monokalium Fosfat |
Kentang Goreng Beku |
100 mg/kg |
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 23/Menkes/SKI/78 tentang Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan
Dalam peraturan ini disebutkan antara lain sebagai berikut :
- BTP yang digunakan untuk memproduksi pangan tidak boleh merugikan
atau membahayakan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau
persyaratan yang ditetapkan
- BTP yang standar mutu atau persyaratannya belum ditetapkan oleh Menteri yang digunakan dengan izin khusus Menteri.
- Terhadap BTP yang disebut dalam nomor 1 sebelum digunakan harus
dilakukan pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi
dan atau biologi
So kita sudah tahu sekarang Bahan Tambahan Pangan yang diijinkan dan
Bahan Tambahan Pangan yang membahayakan, semoga kita lebih berhati-hati
dalam pemilihan bahan makanan yang akan kita konsumsi. Waspadai bahaya
penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak tepat.
Foot Note :
1 Kuswara, Sutrisno. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Bogor. Ebookpangan
2Saparinto, Cahyo. 2006. Bahan Tambahan Pangan.Yogyakarta. Kanisius