foodreview.biz, Bila melihat berkembangnya bisnis
minuman isotonik saat ini, mungkin tidak
akan ada yang menyangka jika pada awal
diperkenalkan di Indonesia, produk ini
sulit mendapat tempat di hati konsumen
Indonesia. Selain rasanya yang “aneh”,
juga karena pada waktu itu konsumen
belum mengetahui secara jelas manfaat
minuman isotonik.
Minuman isotonik mulai diperkenalkan secara komersial di Indonesia oleh PT Otsuka Indonesia pada 1989. Kala itu, minuman isotonik tersebut diimpor dalam kemasan kaleng 330 ml. Tahun 1990 dilakukan packing contract (tool manufacturing) dan sejak itulah Pocari Sweat diproduksi di Indonesia dengan kapasitas yang kecil.
Pada 1998, kapasitas produksi Pocari Sweat meningkat 3 kali dari tahun awal. Tahun 1999 PT Amerta Indah Otsuka berdiri, dan sejak 2004 Pocari Sweat diproduksi sendiri di daerah Sukabumi Jawa Barat. Kini, Pocari Sweat diproduksi tidak kurang dari 2,4 juta botol dan kaleng Pocari Sweat setiap harinya.
Plant Director PT Amerta Indah Otsuka, Pratiwi Juniarsih, mengungkapkan, bahwa pada awalnya konsumen Indonesia sangat sulit menerima Pocari Sweat. ”Waktu itu masyarakat masih merasa ”aneh” dengan rasanya,” ujar Pratiwi. Walau demikian, rasa tersebut tetap dipertahankan sebagai flavor khas dari Pocari Sweat. Dengan pendidikan dan strategi marketing yang efektif, pasar minuman isotonik terus berkembang. Konsumen semakin menyadari pentingnya minuman isotonik sebagai penyuplai ion tubuh. Minuman isotonik harus mempunyai tekanan osmolaritas yang sama yang terdapat dalam sel tubuh. Kandungan elektrolit yang terdapat dalam minuman tersebut meliputi kation Na+ (21 mEq/l), K+ (5 mEq/l), Ca2+ (1 mEq/l), dan Mg2+ (0,5 mEg/l). Sedangkan anionnya terdiri dari Cl- (16 mEq/l), Citrate3+ (10 mEq/ l), dan Lactate- (mEq/l).
Kini, selain dalam kemasan kaleng, minuman isotonik juga telah tersedia dalam kemasan botol PET dan bubuk. Diversifikasi kemasan tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap kaleng. Botol PET tersebut diproduksi sendiri dalam pabrik yang menempati luas lahan 132 383 m2 dan bangunan 41 000 m2. Sedangkan Pocari Sweat dalam bentuk dibuat bubuk untuk konsumen yang membutuhkan kepraktisan dengan menggunakan teknologi mixing.
Proses produksi minuman isotonik secara umum adalah gula dilarutkan dalam air yang kemudian dipanaskan pada suhu pasteurisasi, yang kemudian dijernihkan. Pada larutan tersebut kemudian ditambahkan mineral dan flavor, menghasilkan sirup Pocari. Sirup Pocari kemudian diencerkan dengan air, dan diisikan ke dalam botol/kaleng dalam kondisi panas (hot filling). Lalu botol ditutup (capping).
”Larutan tidak boleh tertahan lama dan harus segera diisikan,” ujar Pratiwi. Shelf life dari Pocari Sweat yang telah dikemas adalah 8 bulan untuk kemasan PET Bottle dan 1 tahun untuk kemasan kaleng. Dengan shelf life tersebut, Pocari Sweat dapat menjangkau daerah yang cukup luas.
Proses produksi minuman isotonik secara umum adalah gula dilarutkan dalam air yang kemudian dipanaskan pada suhu pasteurisasi, yang kemudian dijernihkan. Pada larutan tersebut kemudian ditambahkan mineral dan flavor, menghasilkan sirup Pocari.
Pratiwi menambahkan bahwa saat ini pihaknya telah mendapatkan sertifikasi ISO 22000:2005, melengkapi sertifikat halal dan ISO 9001 yang telah lebih awal dimilikinya. Dengan demikian, semua bahan baku mulai dari air, gula rafinasi, flavor, dan mineralnya selalu dikontrol secara ketat. Selama proses produksi, juga dilakukan inspeksi yang melibatkan pengujian fisik, kimiawi, dan mikrobiologi.
Pocari Sweat didistribusikan dengan sistem distribusi langsung melalui cabang-cabang PT Amerta Indah Otsuka di Jakarta, Bandung, Medan, dan menggunakan sistem ”multi distribusi” dengan menggandeng distributor lokal di setiap daerah. Selain untuk konsumsi dalam negeri, Pocari Sweat Indonesia juga mengekspor produknya ke negara-negara ASEAN dan Timur Tengah.
Di Indonesia, pertumbuhan minuman isotonik berkembang pesat. ”Saat ini rata-rata masyarakat meminum minuman isotonik 2 kaleng per tahun, jadi pasar masih sangat terbuka,” ungkap Pratiwi.
Selain itu, sebagian besar penjualan masih terpusat di daerah Jawa. Dari data penjualan, tahun 2007 penjualan Pocari Sweat tercatat 300 juta ekuivalen 330 ml kaleng. Meningkat dari tahun sebelumnya yang sekitar 230 juta ekuivalen 330 ml kaleng. Pada 2008, pertumbuhan Pocari mencapai 40% dari tahun 2007 dan target untuk tahun 2009 adalah pencapaian 30% growth dari 2008. Peningkatan tersebut direspon oleh Pocari Sweat dengan akan melakukan ekspansi pabrik. ”Kami berencana segera membuka pabrik di Jawa Timur,” kata Pratiwi. FRI
Minuman isotonik mulai diperkenalkan secara komersial di Indonesia oleh PT Otsuka Indonesia pada 1989. Kala itu, minuman isotonik tersebut diimpor dalam kemasan kaleng 330 ml. Tahun 1990 dilakukan packing contract (tool manufacturing) dan sejak itulah Pocari Sweat diproduksi di Indonesia dengan kapasitas yang kecil.
Pada 1998, kapasitas produksi Pocari Sweat meningkat 3 kali dari tahun awal. Tahun 1999 PT Amerta Indah Otsuka berdiri, dan sejak 2004 Pocari Sweat diproduksi sendiri di daerah Sukabumi Jawa Barat. Kini, Pocari Sweat diproduksi tidak kurang dari 2,4 juta botol dan kaleng Pocari Sweat setiap harinya.
Plant Director PT Amerta Indah Otsuka, Pratiwi Juniarsih, mengungkapkan, bahwa pada awalnya konsumen Indonesia sangat sulit menerima Pocari Sweat. ”Waktu itu masyarakat masih merasa ”aneh” dengan rasanya,” ujar Pratiwi. Walau demikian, rasa tersebut tetap dipertahankan sebagai flavor khas dari Pocari Sweat. Dengan pendidikan dan strategi marketing yang efektif, pasar minuman isotonik terus berkembang. Konsumen semakin menyadari pentingnya minuman isotonik sebagai penyuplai ion tubuh. Minuman isotonik harus mempunyai tekanan osmolaritas yang sama yang terdapat dalam sel tubuh. Kandungan elektrolit yang terdapat dalam minuman tersebut meliputi kation Na+ (21 mEq/l), K+ (5 mEq/l), Ca2+ (1 mEq/l), dan Mg2+ (0,5 mEg/l). Sedangkan anionnya terdiri dari Cl- (16 mEq/l), Citrate3+ (10 mEq/ l), dan Lactate- (mEq/l).
Kini, selain dalam kemasan kaleng, minuman isotonik juga telah tersedia dalam kemasan botol PET dan bubuk. Diversifikasi kemasan tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap kaleng. Botol PET tersebut diproduksi sendiri dalam pabrik yang menempati luas lahan 132 383 m2 dan bangunan 41 000 m2. Sedangkan Pocari Sweat dalam bentuk dibuat bubuk untuk konsumen yang membutuhkan kepraktisan dengan menggunakan teknologi mixing.
Proses produksi minuman isotonik secara umum adalah gula dilarutkan dalam air yang kemudian dipanaskan pada suhu pasteurisasi, yang kemudian dijernihkan. Pada larutan tersebut kemudian ditambahkan mineral dan flavor, menghasilkan sirup Pocari. Sirup Pocari kemudian diencerkan dengan air, dan diisikan ke dalam botol/kaleng dalam kondisi panas (hot filling). Lalu botol ditutup (capping).
”Larutan tidak boleh tertahan lama dan harus segera diisikan,” ujar Pratiwi. Shelf life dari Pocari Sweat yang telah dikemas adalah 8 bulan untuk kemasan PET Bottle dan 1 tahun untuk kemasan kaleng. Dengan shelf life tersebut, Pocari Sweat dapat menjangkau daerah yang cukup luas.
Proses produksi minuman isotonik secara umum adalah gula dilarutkan dalam air yang kemudian dipanaskan pada suhu pasteurisasi, yang kemudian dijernihkan. Pada larutan tersebut kemudian ditambahkan mineral dan flavor, menghasilkan sirup Pocari.
Pratiwi menambahkan bahwa saat ini pihaknya telah mendapatkan sertifikasi ISO 22000:2005, melengkapi sertifikat halal dan ISO 9001 yang telah lebih awal dimilikinya. Dengan demikian, semua bahan baku mulai dari air, gula rafinasi, flavor, dan mineralnya selalu dikontrol secara ketat. Selama proses produksi, juga dilakukan inspeksi yang melibatkan pengujian fisik, kimiawi, dan mikrobiologi.
Pocari Sweat didistribusikan dengan sistem distribusi langsung melalui cabang-cabang PT Amerta Indah Otsuka di Jakarta, Bandung, Medan, dan menggunakan sistem ”multi distribusi” dengan menggandeng distributor lokal di setiap daerah. Selain untuk konsumsi dalam negeri, Pocari Sweat Indonesia juga mengekspor produknya ke negara-negara ASEAN dan Timur Tengah.
Di Indonesia, pertumbuhan minuman isotonik berkembang pesat. ”Saat ini rata-rata masyarakat meminum minuman isotonik 2 kaleng per tahun, jadi pasar masih sangat terbuka,” ungkap Pratiwi.
Selain itu, sebagian besar penjualan masih terpusat di daerah Jawa. Dari data penjualan, tahun 2007 penjualan Pocari Sweat tercatat 300 juta ekuivalen 330 ml kaleng. Meningkat dari tahun sebelumnya yang sekitar 230 juta ekuivalen 330 ml kaleng. Pada 2008, pertumbuhan Pocari mencapai 40% dari tahun 2007 dan target untuk tahun 2009 adalah pencapaian 30% growth dari 2008. Peningkatan tersebut direspon oleh Pocari Sweat dengan akan melakukan ekspansi pabrik. ”Kami berencana segera membuka pabrik di Jawa Timur,” kata Pratiwi. FRI