Langsung ke konten utama

Saat Minuman Tradisional Menjadi Ready to Drink


foodreview.biz, Indonesia kaya dengan ragam pangan tradisional yang mampu diangkat menjadi produk nasional dan bisa bersaing dengan produk impor. Sayangnya masih sedikit masyarakat yang memanfaatkan peluang ini.

Satu diantara penyebab hal tersebut adalah kemasan produk pangan tradisional masih kalah bersaing dengan kemasan produk pangan luar negeri, padahal secara kualitas produk lokal mungkin lebih baik dibandingkan produk luar negeri.

Maklum lah kalau dilihat dari media komunikasi, fungsi suatu kemasan produk tidak sekadar sebagai pelindung atau wadah, akan tetapi juga dapat menarik minat pembeli. Karenanya, harus dipikirkan desain kemasan yang menonjol sehingga daya tariknya lebih besar. Banyak makanan dan minuman yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia kalau dilihat dari nilai gizi terhitung baik. Lihat saja minuman seperti beras kencur, temulawak, kunyit-asam, serbat, dadih (fermentasi susu khas Sumatera Barat), dali (fermentasi susu kerbau khas Sumatera Utara), sekoteng atau bandrek. Belum lagi makanannya seperti keripik balado Padang, kacang oven Bogor, keripik emping melinjo Pandeglang, bawang Palu, dan abon ikan tuna Marlin. Para ahli gizi pun akan sependapat bahwa pangan tersebut memiliki manfaat bagi kesehatan manusia.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia pun produk tersebut sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu sudah menjadi bagian kehidupan mereka. Memang ada sebagian pebisnis yang melihat pangan tradisonal milik Indonesia dan dijadikan usaha baru mereka.

Kini masyarakat tidak hanya membeli barang, tetapi juga membayar nilai estetika kemasan. Bahkan sebagian masyarakat tidak segan membeli produk serupa dengan harga berlipat asal kemasannya menarik.
Memang di pasar, produk pangan tradisional ini masih cukup bersinar. Sebab masyarakat awam terkadang tidak begitu memperhatikan soal kemasan, yang penting “banyak asal murah” atau sebaliknya. Untuk hal ini pelaku usaha pangan tradisional boleh membusungkan dada, tapi pasar modern seperti supermarket jelas menolak produk tersebut.

Sebenarnya beberapa pelaku usaha produk pangan tersebut telah berusaha menerobos pasar modern. Tapi standar yang ditetapkan seringkali menjadi penghambat. Di antaranya label, bar code, nama perusahaan, informasi gizi, dan sebagainya. Padahal, potensi pasar cukup luas dan menjanjikan.

Tapi ada juga kabar bahagia, yaitu ada minuman jamu yang dijual dipasaran dalam bentuk serbuk. Beberapa tahun belakangan ini produk yang berbentuk serbuk pun dipakai untuk penjualan temulawak, jahe, hingga bandrek.

Langkah tersebut patut diberi apresiasi, namun keinginan masyarakat yang terus berubah patut diperhitungkan juga dalam mengembangkan produk tersebut agar terus digandrungi oleh masyarakat. Lihat saja disekitar kita, banyak bermunculan minuman yang tinggal ditusuk dengan sedotan dan tinggal diminum atau istilah populernya adalah ready to drink.

Sebenarnya pengemasan ini sudah digunakan untuk beberapa jenis minuman tradisional kita seperti minuman teh, minuman kacang hijau dan buah-buahan lain. Belakangan pun salah satu perusahaan jamu terbesar di Indonesia mengeluarkan beragam jenis minuman seperti minuman tradisional gula asam, beras kencur, serbat.
Minuman instan yang siap minum tersebut disajikan di dalam kemasan Tetra Pak yang higienis dan praktis. Lewat kemasan ini masyarakat bisa menikmati minuman tradisional milik Indonesia seperti layaknya meminum minuman modern yang notabenenya berasal dari negara lain.

Ada banyak keunggulan jika minuman tradisional kita disajikan ready to drink dengan menggunakan kemasan modern seperti tidak memerlukan bahan pengawet, shelf-life yang panjang, serta praktis dan aman untuk dikonsumsi. Memang perlu dana tambahan jika mau menggunakan kemasan yang berasal dari karton aspetik tersebut. Dan akibatnya memang akan berdampak dengan harga jual produk kita nantinya.


Tapi yakin lah dengan biaya tersebut akan tertutupi/diimbangi dengan menariknya penampilan produk yang dijual yang dapat mempertahankan nilai gizinya tanpa diperlukan bahan pengawet sehingga akan semakin banyak masyarakat Indonesia yang membelinya. Dan akhirnya minuman tradisional pun mampu bersaing dengan produk impor di pasar dalam maupun luar negeri.

Elfa Hermawan

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bread Improver dan Para Pemainnya

Sebelum tahun 1950, proses pembuatan adonan yang amat populer adalah menggunakan metode sourdough dan sponge and dough yang membutuhkan waktu 12-24 jam dalam proses fermentasi. Proses pembuatan roti di jaman moderen menuntut kecepatan karena waktu semakin berharga dan cakupan wilayah distribusi semakin luas, yang berarti kapasitas produksi semakin besar. Maka proses fermentasi semakin pendek bahkan ada istilah no time dough untuk menjelaskan singkatnya waktu fermentasi. Untuk itu diperlukan bahan yang membantu kinerja pengembangan roti agar maksimal dalam waktu fermentasi yang maksimal yang dikenal dengan nama bread improver. Ada dua alasan utama dalam mengaplikasikan bread improver dalam adonan yang menggunakan yeast, yaitu untuk mendukung kerja yeast dalam memproduksi gas (CO²) dalam masa fermentasi dan menjaga kestabilan kandungan gas di dalam adonan yang berperan juga dalam menentukan cita rasa, kestabilan volume dan shelf life adonan setelah dipanggang. Dalam Bread Improver ...

Resep Liang Teh & Cara Masaknya

  Bahan bahan liang teh bisa didapatkan di toko obat china yang menjual jamu2 tradisional, jika dijakarta bisa ditemukan didaerah glodok. Biasanya bahan bahan tersebut sudah dalam 1 paket.    Berikut bahan-bahannya untuk membuat Liang Teh : 1. Mesona Palustris (Cincau Hitam/Grass Jelly Drink) / sienchau (xiancao) Ekstrak daun cincau hitam memiliki kandungan senyawa antioksidan yang cukup tinggi yang berasal dari golongan flavonoid, polifenol, maupun saponin. Menurut penelitian (Nurdyansyah dan Widyansyah (2017) yaitu ekstrak daun cincau hitam memiliki nilai IC50 66,67 ppm serta total fenol sebesar 829,7 ppm. Nilai IC50 tersebut membuktikan bahwa tanaman cincau hitam berpotensi sebagai bahan pangan fungsional yang mampu sebagai antioksidasi dalam tubuh akibat paparan senyawa radikal bebas. Berdasarkan review yang berjudul Beneficial Effect of Mesona palustris BL: A Review on Human and Animal Intervention terbukti bahwa cincau hitam memiliki kandungan antioksidan. Selai...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR

  Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik terutama pada industri minuman. 1. Faktor Fisika  Faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kualitas air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Faktor-faktor fisika pada air meliputi:   A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkanoleh buangan industri.   B. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.   C. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersus...