Langsung ke konten utama

Mengapa Gorengan Berminyak dan Tidak Kriuk Renyah?



Detikfood, Jakarta - Jika dilakukan dengan benar, menggoreng dengan teknik deep fryingakan menghasilkan makanan yang renyah di luar, matang dan juicy di dalam, serta tak berminyak. Namun, hasilnya justru gorengan keras, melempem, dan berminyak. Mengapa?

Menggoreng sebenarnya mudah saja dilakukan, namun tak jarang hal-hal kecil justru bisa merusak hasilnya. Hindarilah kesalahan-kesalahan menggoreng berikut ini agar gorengan Anda sempurna:

1. Salah memilih minyak

Tak semua jenis minyak cocok dipakai untuk menggoreng, terutama deep frying. Minyak dengan titik asap (smoke point) rendah akan cepat berasap, tanda molekul minyak mulai rusak. Jika sudah rusak, minyak bisa jadi pemicu peradangan (inflamator) jika dikonsumsi.
Pilihlah minyak yang bertitik asap di atas 190 C seperti minyak kelapa sawit, kelapa, kacang tanah, safflower, bunga matahari, atau canola. Selain itu, beberapa jenis minyak goreng juga memiliki rasa kuat sehingga bisa memengaruhi citarasa makanan. Pilihlah sesuai selera.

2. Suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah

Menggoreng sebaiknya dimulai dengan api sedang, yakni bersuhu sekitar 176-190 C. Jika terlalu tinggi, minyak akan berasap dan cepat rusak. Namun, jika suhu minyak terlalu rendah, minyak akan masuk ke dalam makanan.
Suhu yang pas akan membuat minyak hanya menempel di permukaan makanan karena ‘ditolak’ oleh kandungan air dalam makanan, sehingga bagian luarnya renyah sementara bagian dalamnya tetap juicy.
3. Menggunakan wajan datar

Penggunaan wajan datar akan membuat makanan sulit terendam sepenuhnya. Bukannya deep frying, Anda malah memasak dengan teknik shallow frying. Gunakan deep fryer atau wajan dengan bagian dasar tebal dan sisi-sisi yang tinggi, sehingga minyak dengan mudah merendam makanan.
Wajan dengan bagian dasar yang tebal akan membuat api memanaskan minyak secara perlahan, sementara dasar yang tipis akan membuat panas minyak tak stabil. Sisakan jarak permukaan minyak dengan bibir wajan sekitar 5 cm atau tak lebih dari setengah tinggi wajan untuk menghindari percikan minyak saat makanan ditambahkan.
4. Tidak mengeringkan makanan sebelum digoreng

Air dan minyak tak pernah bersatu. Makanya, jika air atau makanan basah dimasukkan ke minyak panas, akan muncul ledakan-ledakan atau cipratan minyak panas yang tentu berbahaya. Sebaiknya sebelum digoreng, keringkan makanan dengan tisu dapur (paper towel) atau baluri dengan tepung untuk mengunci kelembapan makanan di dalamnya
5. Menggarami makanan sebelum digoreng

Tambahan garam dalam makanan yang digoreng akan menarik kandungan airnya ke permukaan makanan, sehingga menyebabkan minyak panas terpercik. Garam juga dapat menurunkan titik asap minyak, sehingga dapat merusak molekul minyak lebih cepat. Sebaiknya langsung taburi garam ke makanan setelah diangkat dari penggorengan agar menempel dengan baik.
6. Wajan terlalu penuh makanan

Karena tak sabar, beberapa potong makanan dimasukkan sekaligus ke dalam wajan berisi minyak. Hal ini membuat suhu minyak menurun, makanan menjadi berminyak dan melempem. Sebaiknya masukkan makanan satu per satu dengan hati-hati dan pastikan ada ruang di sekeliling setiap potong makanan.
7. Memakai minyak berulang kali

Menurut pakar gizi Emilia E. Achmadi, MS, RD, minyak goreng berkualitas baik sebaiknya dipakai maksimal 2-3 kali. Namun, batasan ini berlaku untuk skala rumahan yang menggorengnya sebentar.
Kalau minyak dipanaskan terus seperti dalam penggunaan komersil, strukturnya bisa berubah, warnanya menjadi gelap, dan muncul asap. Jika demikian, sebaiknya setelah sekali dipakai, minyak didinginkan lalu dibuang.

http://food.detik.com/read/2013/05/28/132254/2257902/297/8/mengapa-gorengan-berminyak-dan-tidak-kriuk-renyah


Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bread Improver dan Para Pemainnya

Sebelum tahun 1950, proses pembuatan adonan yang amat populer adalah menggunakan metode sourdough dan sponge and dough yang membutuhkan waktu 12-24 jam dalam proses fermentasi. Proses pembuatan roti di jaman moderen menuntut kecepatan karena waktu semakin berharga dan cakupan wilayah distribusi semakin luas, yang berarti kapasitas produksi semakin besar. Maka proses fermentasi semakin pendek bahkan ada istilah no time dough untuk menjelaskan singkatnya waktu fermentasi. Untuk itu diperlukan bahan yang membantu kinerja pengembangan roti agar maksimal dalam waktu fermentasi yang maksimal yang dikenal dengan nama bread improver. Ada dua alasan utama dalam mengaplikasikan bread improver dalam adonan yang menggunakan yeast, yaitu untuk mendukung kerja yeast dalam memproduksi gas (CO²) dalam masa fermentasi dan menjaga kestabilan kandungan gas di dalam adonan yang berperan juga dalam menentukan cita rasa, kestabilan volume dan shelf life adonan setelah dipanggang. Dalam Bread Improver

Resep Liang Teh & Cara Masaknya

  Bahan bahan liang teh bisa didapatkan di toko obat china yang menjual jamu2 tradisional, jika dijakarta bisa ditemukan didaerah glodok. Biasanya bahan bahan tersebut sudah dalam 1 paket.    Berikut bahan-bahannya untuk membuat Liang Teh : 1. Mesona Palustris (Cincau Hitam/Grass Jelly Drink) / sienchau (xiancao) Ekstrak daun cincau hitam memiliki kandungan senyawa antioksidan yang cukup tinggi yang berasal dari golongan flavonoid, polifenol, maupun saponin. Menurut penelitian (Nurdyansyah dan Widyansyah (2017) yaitu ekstrak daun cincau hitam memiliki nilai IC50 66,67 ppm serta total fenol sebesar 829,7 ppm. Nilai IC50 tersebut membuktikan bahwa tanaman cincau hitam berpotensi sebagai bahan pangan fungsional yang mampu sebagai antioksidasi dalam tubuh akibat paparan senyawa radikal bebas. Berdasarkan review yang berjudul Beneficial Effect of Mesona palustris BL: A Review on Human and Animal Intervention terbukti bahwa cincau hitam memiliki kandungan antioksidan. Selain itu, pangan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR

  Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik terutama pada industri minuman. 1. Faktor Fisika  Faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kualitas air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Faktor-faktor fisika pada air meliputi:   A. Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkanoleh buangan industri.   B. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.   C. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan